Selasa, 14 Februari 2012

VALENTINE DAY DALAM PANDANGAN ISLAM

Sebagai seorang muslim tanyakanlah pada diri kita sendiri, apakah kita akan mencontohi begitu saja sesuatu yang jelas bukan bersumber dari Islam? Mari kita renungkan firman Allah s.w.t.: “ Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya”. (Surah Al-Isra : 36)Dalam Islam kata “tahu” berarti mampu mengindera(mengetahui) dengan seluruh panca indera yang dikuasai oleh hati. Pengetahuan yang sampai pada taraf mengangkat isi dan hakikat sebenarnya. Bukan hanya sekedar dapat melihat atau mendengar. Bukan pula sekadar tahu sejarah, tujuannya, apa, siapa, kapan(bila), bagaimana, dan di mana, akan tetapi lebih dari itu.Oleh kerana itu Islam amat melarang kepercayaan yang membonceng(mendorong/mengikut) kepada suatu kepercayaan lain atau dalam Islam disebut Taqlid. Hadis Rasulullah s.a.w:“ Barang siapa yang meniru atau mengikuti suatu kaum (agama) maka dia termasuk kaum (agama) itu”. Firman Allah s.w.t. dalam Surah AL Imran (keluarga Imran) ayat 85 :“Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-sekali tidaklah diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.
HAL-HAL YANG HARUS DIBERI PERHATIAN:-
Dalam masalah Valentine itu perlu difahami secara mendalam terutama dari kaca mata agama kerana kehidupan kita tidak dapat lari atau lepas dari agama (Islam) sebagai pandangan hidup. Berikut ini beberapa hal yang harus difahami di dalam masalah 'Valentine Day'.
1. PRINSIP / DASAR
2. SUMBER ASASI
Firman Allah swt dalam Surah Al Baqarah ayat 120 :“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah : “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemahuan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”.
3. TUJUAN
4. OPERASIONAL
Surah Al-Anfal ayat 63 yang berbunyi : “…walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia (Allah) Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Sudah jelas ! Apapun alasannya, kita tidak dapat menerima kebudayaan import dari luar yang nyata-nyata bertentangan dengan keyakinan (akidah) kita. Janganlah kita mengotori akidah kita dengan dalih toleransi dan setia kawan. Kerana kalau dikata toleransi, Islamlah yang paling toleransi di dunia.
Sudah berapa jauhkah kita mengayunkan langkah mengelu-elukan(memuja-muja) Valentine Day ? Sudah semestinya kita menyedari sejak dini(saat ini), agar jangan sampai terperosok lebih jauh lagi. Tidak perlu kita irihati dan cemburu dengan upacara dan bentuk kasih sayang agama lain. Bukankah Allah itu Ar Rahman dan Ar Rohim. Bukan hanya sehari untuk setahun. Dan bukan pula dibungkus dengan hawa nafsu. Tetapi yang jelas kasih sayang di dalam Islam lebih luas dari semua itu. Bahkan Islam itu merupakan 'alternatif' terakhir setelah manusia gagal dengan sistem-sistem lain.
Lihatlah kebangkitan Islam!!! Lihatlah kerosakan-kerosakan yang ditampilkan oleh peradaban Barat baik dalam media massa, televisyen dan sebagainya. Karena sebenarnya Barat hanya mengenali perkara atau urusan yang bersifat materi. Hati mereka kosong dan mereka bagaikan 'robot' yang bernyawa.
MARI ISTIQOMAH (BERPEGANG TEGUH)
Semoga Allah memberikan kepada kita hidayahNya dan ketetapan hati untuk dapat istiqomah dengan Islam sehingga hati kita menerima kebenaran serta menjalankan ajarannya.
Tujuan dari semua itu adalah agar diri kita selalu taat sehingga dengan izin Allah s.w.t. kita dapat berjumpa dengan para Nabi baik Nabi Adam sampai Nabi Muhammad s.a.w.
Firman Allah s.w.t.:
Barangsiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya maka dia akan bersama orang-orang yang diberi nikmat dari golongan Nabi-Nabi, para shiddiq (benar imannya), syuhada, sholihin (orang-orang sholih), mereka itulah sebaik-baik teman”.
Berkata Peguam Zulkifli Nordin (peguam di Malaysia) di dalam kaset 'MURTAD' yang mafhumnya :-
"VALENTINE" adalah nama seorang paderi. Namanya Pedro St. Valentino. 14 Februari 1492 adalah hari kejatuhan Kerajaan Islam Sepanyol. Paderi ini umumkan atau isytiharkan hari tersebut sebagai hari 'kasih sayang' kerana pada nya Islam adalah ZALIM!!! Tumbangnya Kerajaan Islam Sepanyol dirayakan sebagai Hari Valentine. Semoga Anda Semua Ambil Pengajaran!!! Jadi.. mengapa kita ingin menyambut Hari Valentine ini kerana hari itu adalah hari jatuhnya kerajaan Islam kita di Spanyol..
Perhatikanlah Firman Allah :
…dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim”.
Pada umumnya acara Valentine Day diadakan dalam bentuk pesta pora dan huru-hara.
Perhatikanlah firman Allah s.w.t.:“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaithon dan syaithon itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (Surah Al Isra : 27)
Tujuan mencipta dan mengungkapkan rasa kasih sayang di persada bumi adalah baik. Tetapi bukan seminit untuk sehari dan sehari untuk setahun. Dan bukan pula bererti kita harus berkiblat kepada Valentine seolah-olah meninggikan ajaran lain di atas Islam. Islam diutuskan kepada umatnya dengan memerintahkan umatnya untuk berkasih sayang dan menjalinkan persaudaraan yang abadi di bawah naungan Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Bahkan Rasulullah s.a.w. bersabda :“Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga ia cinta kepada saudaranya seperti cintanya kepada diri sendiri”.
Valentine jelas-jelas bukan bersumber dari Islam, melainkan bersumber dari rekaan fikiran manusia yang diteruskan oleh pihak gereja. Oleh kerana itu lah , berpegang kepada akal rasional manusia semata-mata, tetapi jika tidak berdasarkan kepada Islam(Allah), maka ia akan tertolak.
Valentine Day adalah suatu perayaan yang berdasarkan kepada pesta jamuan 'supercalis' bangsa Romawi kuno di mana setelah mereka masuk Agama Nasrani (kristian), maka berubah menjadi 'acara keagamaan' yang dikaitkan dengan kematian St. Valentine.

AS'ILAH BAHTSUL MASAIL NAHWIYYAH

1. Muannats majazi sering didefinisikan dengan isim yang memiliki pasangan, seperti matahari, kaki, mata dll.
namun lafal 'unuqun, shoo'un, sikkiinun, sabiilun bisa dihukumi muannats majazi padahal lafal tersebut tidak memiliki pasangan sebagaimana lafal 'ainun dan yadun
pertanyaan;
a. Bagaimana definisi muannast majazi yang jami' mani'?
b. Definisi muannats majazi; sesuatu yang berpasang-pasangan diambil dari kitab apa?
2. Tarkib apakah "Allaahumma"?
3. Bagaimana cara membedakan antara in syarthiyyah, in yang ditakhfif dan an mashdariyyah serta in nafiyyah
4. Dalam kitab majmu'ah pondok memuat berbagai macam bentuk aurod atau wirid. dan di dalam wirid Abi Bakar Bin Salim ada jumlah "haajaatunaa katsiir"
pertanyaannya;
mengapa khobar (katsiir) tidak diberi ta' ta'nits, padahal mubtada'nya (haajaatunaa) berupa muannats?
5. Isim nakiroh adalah tiap-tiap isim yang menunjukkan arti umum "rojulun, farsun, kitaabun" yang menunjukkan arti umum (banyak)
Apakah lafal "qomarun dan syamsun' juga dihukumi nakiroh? padahal sudah jelas hanya satu matahari dan satu bulan?

Hukum Mengucapkan Selamat Tahun Baru Masehi

Sesungguhnya di antara konsekwensi terpenting dari sikap membenci orang-orang kafir ialah menjauhi syi’ar dan ibadah mereka. Sedangkan syi’ar mereka yang paling besar adalah hari raya mereka, baik yang berkaitan dengan tempat maupun waktu. Maka orang Islam berkewajiban menjauhi dan meninggalkannya.
Ada seorang lelaki yang datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta fatwa karena ia telah bernadzar memotong hewan di Buwanah (nama sebuah tempat), maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menanyakan kepadanya (yang artinya) : ” Apakah disana ada berhala, dari berhala-berhala orang Jahiliyah yang disembah ?” Dia menjawab, “Tidak”. Beliau bertanya, “Apakah di sana tempat dilaksanakannya hari raya dari hari raya mereka ?” Dia menjawab, “Tidak”. Maka Nabi bersabda, “Tepatillah nadzarmu, karena sesungguhnya tidak boleh melaksanakan nadzar dalam maksiat terhadap Allah dalam hal yang tidak dimiliki oleh anak Adam” [Hadits Riwayat Abu Daud dengan sanad yang sesuai dengan syarat Al-Bukhari dan Muslim]
Hadits diatas menunjukkan, tidak bolehnya menyembelih untuk Allah di bertepatan dengan tempat yang digunakan menyembelih untuk selain Allah ; atau di tempat orang-orang kafir merayakan pesta atau hari raya. Sebab hal itu berarti mengikuti mereka dan menolong mereka di dalam mengagungkan syi’ar-syi’ar mereka, dan juga karena menyerupai mereka atau menjadi wasilah yang mengantarkan kepada syirik. Begitu pula ikut merayakan hari raya (hari besar) mereka mengandung wala’ (loyalitas) kepada mereka dan mendukung mereka dalam menghidupkan syi’ar-syi’ar mereka.
Di antara yang dilarang adalah menampakkan rasa gembira pada hari raya mereka, meliburkan pekerjaan (sekolah), memasak makanan-makanan sehubungan dengan hari raya mereka (kini kebanyakan berpesiar, berlibur ke tempat wisata, konser, acara musik, diakhiri mabuk-mabukan atau perzinaan, red).
Dan diantaranya lagi ialah mempergunakan kalender Masehi, karena hal itu menghidupkan kenangan terhadap hari raya Natal bagi mereka. Karena itu para shahabat menggunakan kalender Hijriyah sebagai gantinya.
Syaikhul Islam Ibnu Timiyah berkata, “Ikut merayakan hari-hari besar mereka tidak diperbolehkan karena dua alasan”.
Pertama.
Alasan Kedua.
Beliau juga mengatakan, “Tidak halal bagi kaum muslimin ber-Tasyabuh (menyerupai) mereka dalam hal-hal yang khusus bagi hari raya mereka ; seperti, makanan, pakaian, mandi, menyalakan lilin, meliburkan kebiasaan seperti bekerja dan beribadah ataupun yang lainnya. Tidak halal mengadakan kenduri atau memberi hadiah atau menjual barang-barang yang diperlukan untuk hari raya tersebut. Tidak halal mengizinkan anak-anak ataupun yang lainnya melakukan permainan pada hari itu, juga tidak boleh menampakkan perhiasan.
Ringkasnya, tidak boleh melakukan sesuatu yang menjadi ciri khas dari syi’ar mereka pada hari itu. (Dalam Iqtidha Shirathal Mustaqim, pentahqiq Dr Nashir Al-’Aql 1/425-426).
Hari raya mereka bagi umat Islam haruslah seperti hari-hari biasanya, tidak ada hal istimewa atau khusus yang dilakukan umat Islam. Adapun jika dilakukan hal-hal tersebut oleh umat Islam dengan sengaja [1] maka berbagai golongan dari kaum salaf dan khalaf menganggapnya makruh. Sedangkan pengkhususan seperti yang tersebut di atas maka tidak ada perbedaan di antara ulama, bahkan sebagian ulama menganggap kafir orang yang melakukan hal tersebut, karena dia telah mengagungkan syi’ar-syi’ar kekufuran.
Segolongan ulama mengatakan. “Siapa yang menyembelih kambing pada hari raya mereka (demi merayakannya), maka seolah-olah dia menyembelih babi”. Abdullah bin Amr bin Ash berkata, “Siapa yang mengikuti negera-negara ‘ajam (non Islam) dan melakukan perayaan Nairuz [2] dan Mihrajan [3] serta menyerupai mereka sampai ia meninggal dunia dan dia belum bertobat, maka dia akan dikumpulkan bersama mereka pada Hari Kiamat.
Footnote :
[1] Mungkin yang dimaksud (yang benar) adalah ‘tanpa sengaja’. [2] Nairuz atau Nauruz (bahasa Persia) hari baru, pesta tahun baru Iran yang bertepatan dengan tanggal 21 Maret -pent. [3] Mihrajan, gabungan dari kata mihr (matahari) dan jan (kehidupan atau ruh), yaitu perayaan pada pertengahan musim gugur, di mana udara tidak panas dan tidak dingin. Atau juga merupakan istilah bagi pesta yang diadakan untuk hari bahagia -pent.
(Dinukil dari tulisan Dr Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, dalam kitab At-Tauhid Lish-Shaffil Awwal Al-Aliy[Edisi Indonesia, Kitab Tauhid 1])
Fatawa Seputar Perayaan Natal
Asy-Syaikh Saleh bin Abdil Aziz Alu Asy-Syaikh berkata dalam Al-Minzhar hal. 104, ketika beliau menyebutkan beberapa kesalahan kaum muslimin berupa tasyabbuh (menyerupai) orang-orang non muslim. Beliau berkata pada kesalahan yang ketiga:
Tasyabbuh dengan mengadakan id (hari raya) yang diadakah oleh selain kaum muslimin atau turut serta dalam hari-hari raya mereka.
Ini haram, tidak halal bagi siapapun untuk merayakan dan turut serta di dalam satupun dari hari-hari raya Nashrani. Sebagian kaum muslimin ada yang merayakan ‘id untuk para karyawan (yang non muslim) di yayasan atau di perusahaan atau di rumah-rumah. Perbuatan ini adalah dukungan kepada mereka (orang-orang kafir) dalam menegakkan syiar-syiar agama dan kesyirikan mereka. Dan barangsiapa yang tasyabbuh (menyerupai) suatu kaum maka dia termasuk dari mereka, sebagaimana yang tsabit (shahih) bahwa Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda: مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dari mereka”. (HR. Ahmad dan Abu Daud dengan sanad yang jayyid)
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Maidah: 2)
Semoga Allah memberi taufik pada kita. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, pengikut dan sahabatnya.”
لا تجوز التهنئة بهذه المناسبات ؛ لأن الاحتفاء بها غير مشروع
Tidak boleh mengucapkan selamat pada perayaan semacam itu karena perayaan tersebut adalah perayaan yang tidak masyru’ (tidak disyari’atkan).”
****************
Fatawa Seputar Perayaan Tahun Baru (Masehi dan Muharram)
Perlu diketahui bahwa pengkhususan hari-hari tertentu, atau bulan-bulan tertentu, atau tahun-tahun tertentu sebagai hari besar/hari raya (id) adalah kembalinya kepada penentuan dari syari’at, bukan kepada adat kebiasaan dan kesepakatan manusia. Oleh karena itu ketika Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam datang datang ke Madinah, dalam keadaan penduduk Madinah memiliki dua hari besar yang mereka bergembira padanya, maka beliau bertanya, “Apakah dua hari ini?” maka mereka menjawab, “(Hari besar) yang kami biasa bergembira padanya pada masa jahiliyyah. Maka Rasulullâh shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menggantikan dua hari tersebut dengan hari raya yang lebih baik, yaitu ‘Idul Adh-ha dan ‘Idul Fitri.“ Haditsnya akan datang
Kalau seandainya hari-hari besar dalam Islam itu mengikuti adat kebiasaan, maka manusia akan seenaknya menjadikan setiap kejadian penting sebagai hari raya, dan hari raya syar’i tidak akan ada gunanya. Demikian keterangan dari Asy-Syaikh Ibnu Al-Utsaimin –rahimahullah dalam Majmû Fatâwâ wa Rasâ`il pertanyaan no. 8131
Karenanya perayaan tahun baru ini tidak pernah ada pada zaman Nabi -alaihishshalatu wassalam-, para sahabatnya bahkan sampai empat abad setelahnya. Perayaan ini termasuk perayaan yang dimunculkan oleh khilafah Al-Fathimiyyun pada abad ke-4 hijriah atau tepatnya tahun 362 H.
Taqiyyuddin Al-Maqrizi -rahimahullah- berkata dalam Al-Mawa’izh wal I’tibar bi Dzikril Khuthoth wal Atsar (1/490) di bawah judul ‘Penyebutan Hari-Hari yang Dijadikan Sebagai Hari Raya oleh Khilafah Al-Fathimiyyun…’, “Khilafah Al-Fathimiyyun sepanjang tahun memiliki beberapa hari raya dan hari peringatan, yaitu: Perayaan akhir tahun, perayaan awal tahun (tahun baru), hari Asyura`, perayaan maulid (hari lahir) Nabi -Shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam-, maulid Ali, , perayaan maulidmaulid Al-Hasan, maulid Al-Husain, maulid Fathimah (ulang tahun) khalifah saat itu, perayaan malam pertama dan pertengahan bulan Rajab, malam pertama serta pertengahan dari bulan Sya’ban, …”.
Untuk lebih memperjelas masalah, berikut kami sebutkan beberapa pemikiran bathiniyah beserta nukilkan beberapa komentar ulama tentang kebejatan mereka terhadap Islam dan kaum muslimin:
1.    Mereka meyakini bahwa Ali bin Abi Tholib adalah sembahan selain Allah Ta’ala. 2. Mereka melakukan tahrif ma’nawy (penyelewengan makna) terhadap ayat-ayat Allah Ta’ala (memalingkan makna ayat dari makna sebenarnya yang zhahir kepada makna yang tidak masuk akal, yang mereka anggap sebagai batin ayat tersebut). Ini merupakan sejelek-jelek tahrif. Contohnya mereka menafsirkan ayat:
Adapun hukum merayakannya maka:
Dan Asy-Syaikh Muqbil -rahimahullah- juga berkata dalam Ijabah As-Sail pada pertanyaan no. 167 ketika beliau ditanya tentang perayaan maulid, Isra` Mi’raj, dan tahun baru, maka beliau menjawab: “(Semuanya adalah) bid’ah sedangkan Rasul -Shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam- telah bersabda:
Juga Asy-Syaikh Saleh bin Abdil Aziz Alu Asy-Syaikh berkata tatkala beliau menyebutkan beberapa bid’ah dan larangan yang berkenaan dengan tauhid: “Mengadakan perayaan-perayaan yang beraneka ragam dengan maksud taqarrub kepada Allah dengannya. Seperti perayaan maulid nabawi, perayaan hijrah (Nabi), perayaan tahun baru hijriah, perayaan Isra` dan Mi’raj, dan yang semisalnya. Perayaan-perayaan ini adalah bid’ah, karena dia adalah ajang berkumpulnya (manusia) pada amalan-amalan yang dimaksudkan sebagai taqarrub kepada Allah. Sedangkan tidak boleh bertaqarrub kepada Allah kecuali dengan apa yang Dia syari’atkan, dan Allah tidaklah boleh disembah kecuali dengan apa yang Dia syari’atkan. Maka semua perkara yang baru dalam agama adalah bid’ah dan semua bid’ah terlarang untuk mengerjakannya”. Lihat Al-Minzhor fii Bayani Katsirin minal Akhtho` Asy-Sya`i’ah hal. 17
Adapun hukum menghadiri perayaan tahun baru (masehi dan hijriah) maka:
Kami katakan: Sekedar mengingatkan bahwa lahiriah fatwa Asy-Syaikh di atas hanya menunjukkan pembolehan menjawab kalau itu merupakan ucapan selamat tahun baru hijriah. Adapun jika itu adalah ucapan selamat tahun baru masehi maka -wallahu a’lam- sebaiknya seorang muslim tidak menjawabnya karena tahun baru masehi murni berasal dari orang kafir, wallahu a’lam bishshawab.

Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi -rahimahullah- ditanya sebagai berikut:
Apakah boleh menghadiri perayaan-perayaan mereka (orang-orang kafir), misalnya hari-hari ulang tahun dan selainnya?
Jawab: “Tidak boleh! Allah Ta’ala berfirman:

Al-Imam Abdul Aziz Ibnu Baz -rahimahullah- telah berkata dalam At-Tahdzir min Al-Bida’ hal. 47-48 tatkala beliau ditanya tentang sebagian perayaan, seperti maulid Nabi, Isra` Mi’raj, dan Tahun Baru Hijriah. Maka setelah beliau menjelaskan bahwa Allah telah menyempurnakan agama Islam ini dan Dia telah melarang dari berbuat bid’ah di dalamnya, beliau berkata, “Perayaan-perayaan ini -yang disebutkan dalam pertanyaan- tidak pernah dikerjakan oleh Rasul -Shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam-. Padahal beliau adalah manusia yang paling fasih, paling tahu tentang syari’at Allah, paling bersemangat dalam memberikan hidayah kepada ummat dan memberikan tuntunan kepada mereka menuju perkara yang mendatangkan manfaat bagi mereka dan yang diridhai oleh Maula (Penolong) ). Hal ini juga tidak pernah dikerjakan oleh paramereka (yakni Allah , padahal mereka adalah manusia yang terbaik, palingsahabat beliau berilmu setelah para nabi, dan yang paling bersemangat dalam (mengerjakan) kebaikan. Hal itu juga tidak pernah dilakukan olah para imam yang berada di atas hidayah di zaman-zaman keutamaan. Bid’ah ini tidaklah diada-adakan kecuali oleh sebagian orang-orang belakangan berlandaskan ijtihad dan sangkaan baik, tanpa dalil. Kebanyakan mereka berlandaskan taqlid kepada orang-orang yang telah mendahului mereka dalam perayaan ini. Yang wajib atas seluruh kaum muslimin adalah hendaknya mereka berjalan di atas jalan yang dipijak oleh Rasul -Shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam- dan para sahabat beliau serta harus waspada terhadap perkara-perkara yang diada-adakan oleh manusia dalam agama Allah sepeninggal mereka, inilah jalan yang lurus dan manhaj yang kokoh”.
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa”. (QS. Al-Lahab : 1)
Mereka menafsirkan ‘dua tangan’ yaitu Abu Bakar dan Umar -radhiallahu anhuma-. 3. Mereka berkeyakinan bahwa semua syari’at dan aturan dalam Islam memiliki zhahir dan batin. Yang zhahir -menurut mereka- adalah kaifiyat/cara yang diamalkan oleh kaum muslimin pada umumnya. Sedangkan yang batin adalah suatu cara yang hanya diketahui oleh kalangan mereka sendiri dan hanya boleh diamalkan oleh orang-orang khusus yaitu mereka. Contohnya shalat lima waktu, zhahirnya adalah dengan mengerjakan shalat, sedangkan batinnya -dan hanya ini yang mereka amalkan- adalah mengetahui rahasia-rahasia mazhab mereka. Jadi, siapa yang telah mengetahui rahasia-rahasia tersebut, maka dia sudah dianggap melaksanakan shalat walaupun tidak melakukan gerakan-gerakan shalat. Puasa batinnya adalah menyembunyikankan rahasia-rahasia kelompok mereka. Batinnya ibadah haji -menurut mereka- adalah menziarahi kuburan guru-guru mereka, dan seterusnya. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, maka apakah masih ada ajaran agama yang tersisa dengan keyakinan mereka ini ?!. 4. Ibnu Katsir -rahimahullah- menyebutkan dalam Al-Bidayah wan Nihayah (11/286-287) bahwa pada tahun 402 H, sejumlah ulama, para hakim, orang-orang terpandang, orang-orang yang adil, orang-orang Saleh, dan para ahli fiqh, mereka semua telah menulis sebuah tulisan yang berisi pencacatan dan celaan pada nasab keturunan Al-Fathimiyyun Al-Ubaidiyyun. Mereka menyebutkan dalam tulisan tersebut beberapa pemikiran sesat mereka, di antaranya: Mereka telah menelantarkan aturan-aturan, menghalalkan kemaluan (zina), menghalalkan khomer, menumpahkan darah, mencerca para nabi, melaknat Salaf (para sahabat Rasulullah -Shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam- dan pengikutnya) serta mereka mengaku bahwa guru-guru mereka memiliki sifat-sifat ketuhanan. 5. Syaikhul Islam Ibnu Taimiah -rahimahullah- pernah ditanya tentang mereka. Beliau menjawab bahwa mereka adalah termasuk manusia yang paling fasik dan yang paling kafir, dan bahwa siapa saja yang mempersaksikan keimanan dan ketakwaan bagi mereka serta (mempersaksikan) benarnya nasab keturunan mereka (kepada Ali bin Abi Tholib) maka sungguh dia telah mempersaksikan untuk mereka dengan perkara-perkara yang dia sendiri tidak mengetahuinya. Padahal Allah Ta’ala telah berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya”. (QS. Al-Isra` : 36)
Dan Allah Ta’ala berfirman:
إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“… Kecuali orang-orang yang bersaksi dalam keadaan mereka mengetahui (apa yang mereka persaksikan)”. (QS. Az-Zukhruf : 86). Lihat Majmu’ Al-Fatawa (22/120)
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ
“Siapa saja yang mengada-adakan dalam urusan (agama) kami sesuatu yang tidak ada di dalamnya, maka itu tertolak”. Hendaknya orang yang hadir menyampaikan kepada orang yang tidak hadir bahwa perayaan ini adalah bid’ah, tidak tsabit (shahih) dari Nabi -Shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam-, tidak pula dari para sahabat dan para tabi’in. Kemudian beliau berkata, Rasul -Shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam- telah bersabda:
قَدِمْتُ عَلَيْكُمْ وَلَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُوْنَ فِيْهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ, وَقَدْ أَبْدَلَكُمُ اللهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا: يَوْمَ النَّحْرِ وَيَوْمَ الْفِطْرِ
“Saya terutus kepada kalian sedang kalian (dulunya) mempunyai dua hari raya yang kalian bermain di dalamnya pada masa jahiliyah, dan sungguh Allah telah mengganti keduanya untuk kalian dengan yang lebih baik dari keduanya, (yaitu) hari Nahr (idul Adh-ha) dan hari Fithr (idul Fithri)”. Hari raya selainnya merupakan hari-hari raya jahiliyah yang kami berlepas diri darinya. Maka kaum muslimin, wajib atas mereka untuk mengikuti Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah -Shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam-. Inipun kalau perayaan maulid itu selamat dari ikhtilath (percamburbauran antara lelaki dan perempuan), pelaksanaan perbuatan fahisy (keji), dan selamat dari bentuk-bentuk kesyirikan, dan selainnya. Semua ini adalah kebatilan-kebatilan yang tidak akan hilang kecuali dengan menyebarkan sunnah Rasulullah -Shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam-”.
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ
“Dan orang-orang yang tidak menyaksikan kedustaan”. (QS. Al-Furqan : 72)
Bahkan walaupun kaum muslimin sendiri,  jika mereka mengadakan maulid atau merayakan malam 27 Rajab atau malam nishfusy sya’ban (pertengahan Sya’ban) atau hari raya Hijrah (Tahun Baru) atau hari kemerdekaan atau hari ibu atau hari pepohonan dan selainnya dari hari-hari raya jahiliyah, maka semua ini tidak boleh dihadiri”. (Tuhfatul Mujib karya Syaikh Muqbil -rahimahullah- no. pertanyaan 42) Adapun mengucapkan selamat tahun baru dan menjawabnya, maka berikut fatwa Asy-Syaikh Saleh bin Al-Utsaimin -rahimahullah-:
“Jika ada seseorang yang mengucapkan selamat (tahun baru) kepadamu maka jawablah, akan tetapi jangan kamu yang memulai memberikan ucapan selamat kepada orang lain. Inilah pandangan yang tepat dalam permasalahan ini. Jadi jika ada seseorang yang berkata kepadamu -misalnya-, ”Kami mengucapkan selamat tahun baru kepadamu,” maka kamu bisa menjawab, “Semoga Allah memberikan kebaikan kepadamu dan semoga Allah menjadikan tahun ini sebagai tahun yang mendatangkan kebaikan dan keberkahan kepadamu.” Hanya saja jangan kamu yang mulai memberikan ucapan selamat kepada orang-orang, karena saya tidak mengetahui adanya keterangan dari para ulama salaf bahwa mereka mengucapkan selamat tahun baru, bahkan ketahuilah bahwa mereka (para ulama salaf) tidak pernah menganggap kalau 1 muharram itu adalah awal tahun baru sampai pada zaman Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu.” [Diterjemahkan ulang dari program Mausuah Al-Liqa` Asy-Syahri wa Al-Bab Al-Maftuh keluaran pertama via http://salafyitb.wordpress.com/2007/01/19/hukum-mengucapkan-selamat-tahun-baru-islam/ ]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -rahimahullahu Ta’ala- berkata, “Hukum minimal yang terkandung dalam hadits ini adalah haramnya tasyabbuh kepada mereka, walaupun lahiriah hadits ini menunjukkan kafirnya orang yang tasyabbuh kepada mereka (orang-orang kafir)”.
Maka tidak halal untuk turut serta bersama ahli kitab dan orang-orang musyrik dalam menyelenggarakan hari-hari raya mereka, baik dengan cara memberikan hadiah -sekecil apapun- kepada mereka atau dengan memberikan ucapan selamat hari raya kepada mereka. Semua ini dalam rangka memutuskan benih-benih kesyirikan, menampakkan kemuliaan dan keistimewaan Islam di atas para pengiktu kesesatan, dan sebagai perwujudan dari perintah Allah dan Rasul-Nya.
Allah -Ta’ala- berfirman, “Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hadid: 16) Ibnu Katsir -rahimahullah- berkata, “Allah telah melarang kaum mukminin untuk tasyabbuh dengan mereka (ahli kitab) dalam semua perkara, baik dalam perkara ushul (pokok) maupun yang furu’ (cabang)”.
Berikut beberapa fatawa yang menguatkan penjelasan di atas:
1.    Fatwa Asy-Syaikh Muhammad bin Saleh Al-Utsaimin mengenai: Hukum Ucapan Merry Christmas (Selamat Natal
Tanya:
Bagaimana hukum mengucapkan “Merry Christmas” (Selamat Natal) kepada orang-orang Kafir? Bagaimana pula memberikan jawaban kepada mereka bila mereka mengucapkannya kepada kita? Apakah boleh pergi ke tempat-tempat pesta yang mengadakan acara seperti ini? Apakah seseorang berdosa, bila melakukan sesuatu dari yang disebutkan tadi tanpa sengaja (maksud yang sebenarnya) namun dia melakukannya hanya untuk berbasa-basi, malu, nggak enak perasaan atau sebab-sebab lainnya? Apakah boleh menyerupai mereka di dalam hal itu?
Jawab:
Mengucapkan ‘Merry Christmas’ atau perayaan keagamaan mereka lainnya kepada orang-orang kafir adalah haram berdasarkan kesepakatan para ulama sebagaimana dinukil dari Ibnu Al-Qayyim -rahimahullah- di dalam kitabnya Ahkam Ahlu Adz-Dzimmah’. Beliau berkata, “Adapun mengucapkan selamat berkenaan dengan syiar-syiar kekufuran yang menjadi kekhususan mereka adalah haram menurut kesepakatan para ulama, seperti mengucapkan selamat terhadap hari-hari besar dan puasa mereka, sembari mengucapkan, ‘semoga hari raya anda diberkahi’ atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan semacamnya. Perbuatan ini, kalaupun orang yang mengucapkannya tidak terjatuh ke dalam kekufuran, maka dia telah terjatuh ke dalam hal yang diharamkan. Ucapan semacam ini sama saja dengan ucapan selamat kepada perbuatan mereka sujud terhadap salib, bahkan ucapan ini lebih besar dosanya di sisi Allah. Ucapan selamat seperti lebih dimurkai Allah daripada memberikan ucapan selamat kepada orang yang meminum khamar, membunuh jiwa, melakukan perzinaan, dan selainnya dari perbuatan maksiat. Banyak sekali orang yang tidak sedikitpun tersisa kadar keimanannya, yang terjatuh ke dalam hal itu sementara dia tidak sadar betapa buruk perbuatannya tersebut. Karenanya, barangsiapa yang mengucapkan selamat kepada seseorang karena melakukan suatu maksiat, bid’ah, atau kekufuran, maka berarti dia telah menghadapi kemurkaan dan kebencian dari Allah.”
Mengenai kenapa Ibnu Al-Qayyim sampai menyatakan bahwa mengucapkan selamat kepada orang-orang kafir berkenaan dengan perayaan hari-hari besar keagamaan mereka adalah haram, maka karena hal itu mengandung persetujuan kepada syiaar-syiar kekufuran yang mereka lakukan dan meridlai hal itu dilakukan. Sekalipun dirinya sendiri tidak rela terhadap kekufuran itu akan tetapi tetap haram atas seorang muslim untuk meridlai syiar-syiar kekufuran atau mengucapkan selamat kepada orang lain berkenaan dengannya, karena Allah Ta’ala tidak meridlai hal itu sebagaimana dalam firman-Nya, “Jika kalian kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman) kalian dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-hambaNya, dan jika kalian bersyukur, niscaya Dia meridhai bagi kalian kesyukuran itu.” (QS. Az-Zumar: 7) Juga dalam firman-Nya, “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama kalian.” (QS. Al-Maidah :3)
Jadi, mengucapkan selamat kepada mereka berkenaan dengan hal itu adalah haram, baik mereka itu rekan-rekan satu pekerjaan dengannya maupun bukan.
Bila mereka mengucapkan selamat berkenaan dengan hari-hari besar mereka kepada kita, maka kita tidak boleh menjawabnya karena hari-hari besar itu bukanlah hari-hari besar kita. Juga karena dia adalah hari besar yang tidak diridlai Allah Ta’ala, walaupun hari besar itu muncul karena perbuatan mengada-ada ataupun memang hari raya itu disyari’atkan dalam agama mereka, akan tetapi hal itu semua telah dihapus oleh Dienul Islam yang dengannya Nabi Muhammad Shallallâhu ‘alaihi Wa Sallam diutus Allah kepada seluruh makhluk. Allah Ta’ala berfirman, Barangsiapa yang mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran :85)
Karena itu, hukum bagi seorang muslim yang memenuhi undangan mereka dalam menghadiri hari raya mereka adalah haram karena itu lebih besar dosanya ketimbang mengucapkan selamat kepada mereka berkenaan dengannya. Memenuhi undangan tersebut mengandung makna ikut berpartisipasi bersama mereka di dalamnya.
Demikian pula, haram hukumnya bagi kaum muslimin untuk menyerupai orang-orang kafir, seperti mengadakan pesta-pesta berkenaan dengan hari besar mereka tersebut, saling berbagi hadiah, membagi-bagikan kue, hidangan makanan, meliburkan pekerjaan, dan yang semisalnya.
Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallâhu ‘alaihi Wa Sallam, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Abu Daud)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiah berkata di dalam kitabnya Iqtidha` Ash-Shirath Al-Mustaqim fii Mukhalafah Ashhab Al-Jahim, “Menyerupai mereka di dalam sebagian hari-hari besar mereka mengandung konsekuensi timbulnya rasa senang di hati mereka atas kebatilan yang mereka lakukan, dan barangkali hal itu membuat mereka antusias untuk mencari-cari kesempatan (dalam kesempitan) dan menghinakan kaum yang lemah (imannya).”
Dan barangsiapa yang melakukan sesuatu dari hal itu, maka dia telah berdosa, baik melakukannya karena berbasa-basi, ingin mendapatkan simpati, rasa malu atau sebab-sebab lainnya karena dia termasuk bentuk peremehan terhadap agama Allah dan menjadi sebab hati orang-orang kafir menjadi kuat dan bangga terhadap agama mereka.
Kepada Allah kita memohon agar memuliakan kaum Muslimin dengan dien mereka, menganugerahkan kemantapan hati dan memberikan pertolongan kepada mereka terhadap musuh-musuh mereka, sesungguh Dia Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
[Diterjemah dari Majmu’ Fatawa Asy-Syaikh Ibnu Al-Utsaimin: 3/44-46, fatwa no.403]
2. Fatwa Asy-Syaikh Saleh bin Abdillah Al-Fauzan mengenai: Menyambut dan Ikut Merayakan Hari Raya atau Pesta Orang-Orang Kafir Serta Berbela Sungkawa (Ta’ziah) Dalam Hari Berduka Mereka:
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa memberi tahniah kepada orang-orang kafir atas hal-hal yang diperbolehkan (mubah) adalah dilarang jika mengandung makna yang menunjukkan rela kepada agama mereka. Adapun memberikan tahni’ah atas hari-hari raya mereka atau syi’ar-syi’ar mereka adalah haram hukumnya dan sangat dikhawatirkan pelakunya jatuh pada kekufuran. [Disalin dari kitab At-Tauhid Lish-Shaffil Awwal Al-Aliy, Edisi Indonesia, Kitab Tauhid 1, Penulis Dr Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan]
3. Fatwa Al Lajnah Ad Daimah Lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’ (Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi) no. 8848.
Jawab:
Tidak boleh bagi kita bekerjasama dengan orang-orang Nashrani dalam melaksanakan hari raya mereka, walaupun ada sebagian orang yang dikatakan berilmu melakukan semacam ini. Hal ini diharamkan karena dapat membuat mereka semakin bangga dengan jumlah mereka yang banyak. Di samping itu pula, hal ini termasuk bentuk tolong menolong dalam berbuat dosa. Padahal Allah berfirman,
SUMBER :  http://al-atsariyyah.com/?p=1432
Bagaimana semestinya sikap Muslim yang tepat menyikapi hari raya Natal/Tahun Baru/Non Muslim lainnya ?
Berikut nasihat dari Komisi Tetap Saudi Arabia”Sesungguhnya nikmat terbesar yang diberikan oleh Allah Subhannahu wa Ta’ala kepada hamba-Nya adalah nikmat Islam dan iman serta istiqomah di atas jalan yang lurus. Allah Subhannahu wa Ta’ala telah memberitahukan bahwa yang dimaksud jalan yang lurus adalah jalan yang ditempuh oleh hamba-hamba-Nya yang telah diberi nikmat dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhadaa dan sholihin (Qs. An Nisaa :69).
Jika diperhatikan dengan teliti, maka kita dapati bahwa musuh-musuh Islam sangat gigih berusaha mema-damkan cahaya Islam, menjauhkan dan menyimpangkan ummat Islam dari jalan yang lurus, sehingga tidak lagi istiqomah.Hal ini diberitahukan sendiri oleh Allah Ta’ala di dalam firman-Nya, diantaranya, yang artinya: “Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma’afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesung-guh-Nya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. 2:109)
Firman Allah Subhannahu wa Ta’ala yang lain, artinya: Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi beng-kok, padahal kamu menyaksikan”. Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan. (QS. 3:99)
Firman ALLAH (yang artinya) : ” Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menta’ati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu kebelakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi”. (QS. 3:149)
Salah satu cara mereka untuk menjauhkan umat Islam dari agama (jalan yang lurus)yakni dengan menyeru dan mempublikasikan hari-hari besar mereka ke seluruh lapisan masyara-kat serta dibuat kesan seolah-oleh hal itu merupakan hari besar yang sifatnya umum dan bisa diperingati oleh siapa saja. Oleh karena itu, Komisi Tetap Urusan Penelitian Ilmiyah dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi telah memberikan fatwa berkenaan dengan sikap yang seharusnya dipegang oleh setiap muslim terhadap hari-hari besar orang kafir.Secara garis besar fatwa yang dimaksud adalah:
Sesungguhnya kaum Yahudi dan Nashara menghubungkan hari-hari besar mereka dengan peristiwa-peritiwa yang terjadi dan menjadikannya sebagai harapan baru yang dapat memberikan keselamatan, dan ini sangat tampak di dalam perayaan milenium baru (tahun 2000 lalu), dan sebagian besar orang sangat sibuk memperangatinya, tak terkecuali sebagian saudara kita -kaum muslimin- yang terjebak di dalamnya. Padahal setiap muslim seharusnya menjauhi hari besar mereka dan tak perlu menghiraukannya.
Perayaan yang mereka adakan tidak lain adalah kebatilan semata yang dikemas sedemikian rupa, sehingga kelihatan menarik. Di dalamnya berisikan pesan ajakan kepada kekufuran, kesesatan dan kemungkaran secara syar’i seperti: Seruan ke arah persatuan agama dan persamaan antara Islam dengan agama lain. Juga tak dapat dihindari adanya simbul-simbul keagamaan mereka, baik berupa benda, ucapan ataupun perbuatan yang tujuannya bisa jadi untuk menampakkan syiar dan syariat Yahudi atau Nasrani yang telah terhapus dengan datangnya Islam atau kalau tidak agar orang menganggap baik terhadap syariat mereka, sehingga biasnya menyeret kepada kekufuran. Ini merupakan salah satu cara dan siasat untuk menjauhkan umat Islam dari tuntunan agamanya, sehingga akhirnya merasa asing dengan agamanya sendiri.
Telah jelas sekali dalil-dalil dari Al Quran, Sunnah dan atsar yang shahih tentang larangan meniru sikap dan perilaku orang kafir yang jelas-jelas itu merupakan ciri khas dan kekhususan dari agama mereka, termasuk di dalam hal ini adalah Ied atau hari besar mereka.Ied di sini mencakup segala sesuatu baik hari atau tempat yang diagung-agungkan secara rutin oleh orang kafir, tempat di situ mereka berkumpul untuk mengadakan acara keagamaan, termasuk juga di dalam hal ini adalah amalan-amalan yang mereka lakukan. Keseluruhan waktu dan tempat yang diagungkan oleh orang kafir yang tidak ada tuntunannya di dalam Islam, maka haram bagi setiap muslim untuk ikut mengagungkannya.
Larangan untuk meniru dan memeriahkan hari besar orang kafir selain karena adanya dalil yang jelas juga dikarenakan akan memberi dampak negatif, antara lain:
Orang-orang kafir itu akan merasa senang dan lega dikarenakan sikap mendukung umat Islam atas kebatilan yang mereka lakukan.
Dukungan dan peran serta secara lahir akan membawa pengaruh ke dalam batin yakni akan merusak akidah yang bersangkutan secara bertahap tanpa terasa.
Yang paling berbahaya ialah sikap mendukung dan ikut-ikutan terhadap hari raya mereka akan menumbuhkan rasa cinta dan ikatan batin terhadap orang kafir yang bisa menghapuskan keimanan.Ini sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala, (yang artinya) : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya o-rang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”. (QS. 5:51)
Dari uraian di atas, maka tidak diperbolehkan bagi setiap muslim yang mengakui Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai nabi dan rasul, untuk ikut merayakan hari besar yang tidak ada asalnya di dalam Islam, tidak boleh menghadiri, bergabung dan membantu terselenggaranya acara tersebut.Karena hal ini termasuk dosa dan melanggar batasan Allah.Dia telah melarang kita untuk tolong-menolong di dalam dosa dan pelanggaran, sebagaimana firman Allah, (yang artinya) : “Dan tolong-menolonglah kamu di dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. 5:2)
Tidak diperbolehkan kaum muslimin memberikan respon di dalam bentuk apapun yang intinya ada unsur dukungan, membantu atau memeriahkan perayaan orang kafir, seperti : iklan dan himbauan; menulis ucapan pada jam dinding atau fandel; menyablon/membuat baju bertuliskan perayaan yang dimaksud; membuat cinderamata dan kenang-kenangan; membuat dan mengirimkan kartu ucapan selamat; membuat buku tulis;memberi keistimewaan seperti hadiah /diskon khusus di dalam perdagangan, ataupun(yang banyak terjadi) yaitu mengadakan lomba olah raga di dalam rangka memperingati hari raya mereka. Kesemua ini termasuk di dalam rangka membantu syiar mereka.
Kaum muslimin tidak diperbolehkan beranggapan bahwa hari raya orang kafir seperti tahun baru (masehi), atau milenium baru sebagai waktu penuh berkah(hari baik) yang tepat untuk memulai babak baru di dalam langkah hidup dan bekerja, di antaranya adalah seperti melakukan akad nikah,memulai bisnis, pembukaan proyek-proyek baru dan lain-lain. Keyakinan seperti ini adalah batil dan hari tersebut sama sekali tidak memiliki kelebihan dan ke-istimewaan di atas hari-hari yang lain.
Dilarang bagi umat Islam untuk mengucapkan selamat atas hari raya orang kafir, karena ini menunjukkan sikap rela terhadapnya di samping memberikan rasa gembira di hati mereka.Berkaitan dengan ini Ibnul Qayim rahimahullah pernah berkata, “Mengucapkan selamat terhadap syiar dan simbol khusus orang kafir sudah disepakati kaha-ramannya seperti memberi ucapan selamat atas hari raya mereka, puasa mereka dengan mengucapkan, “Selamat hari raya (dan yang semisalnya), meskipun pengucapnya tidak terjeru-mus ke dalam kekufuran, namun ia telah melakukan keharaman yang besar, karena sama saja kedudukannya dengan mengucapkan selamat atas sujudnya mereka kepada salib. Bahkan di hadapan Allah, hal ini lebih besar dosanya daripada orang yang memberi ucapan selamat kapada peminum khamar, pembunuh, pezina dan sebagainya. Dan banyak sekali orang Islam yang tidak memahami ajaran agamanya, akhirnya terjerumus ke dalam hal ini, ia tidak menyadari betapa besar keburukan yang telah ia lakukan. Dengan demikian, barang siapa memberi ucapan selamat atas kemaksiatan, kebid’ahan dan lebih-lebih kekufuran, maka ia akan berhadapan dengan murka Allah”. Demikian ucapan beliau rahimahullah!
Setiap muslim harus merasa bangga dan mulia dengan hari rayanya sendiri termasuk di dalam hal ini adalah kalender dan penanggalan hijriyah yang telah disepakati oleh para shahabat Radhiallaahu anhu, sebisa mungkin kita pertahan kan penggunaannya, walau mungkin lingkungan belum mendukung. Kaum muslimin sepeninggal shahabat hingga sekarang (sudah 14 abad), selalu menggunakannya dan setiap pergantian tahun baru hijriyah ini, tidak perlu dengan mangadakan perayaan-perayaan tertentu.
Demikianlah sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap mukmin, hendaknya ia selalu menasehati dirinya sendiri dan berusaha sekuat tenaga menyelamatkan diri dari apa-apa yang menyebabkan kemurkaan Allah dan laknatNya. Hendaknya ia mengambil petunjuk hanya dari Allah dan menjadikan Dia sebagai penolong.
(Dinukil dari Fatwa Komisi Tetap untuk Penelitian Ilmiyah dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi tentang Perayaan Milenium Baru tahun 2000.
Tertanda
Ketua: Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh
Anggota: Syaikh Abdullah bin Abdur Rahman Al-Ghadyan, Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid, Syakh Shalih bin Fauzan Al Fauzan)
(Dikutip dari terjemah Kitab At-Tauhid Lish-Shaffil Awwal Al-Aliy, Edisi Indonesia, Kitab Tauhid, Penulis Dr Shalih bin Fauzan)
*******
Komisi Fatwa Saudi Arabia, Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’ ditanya,
“Apakah boleh mengucapkan selamat tahun baru Masehi pada non muslim, atau selamat tahun baru Hijriyah atau selamat Maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam? ”
Al Lajnah Ad Daimah menjawab,

Tanya:
Apakah seorang muslim diperbolehkan bekerjasama dengan orang-orang Nashrani dalam perayaan Natal yang biasa dilaksanakan pada akhir bulan Desember? Di sekitar kami ada sebagian orang yang menyandarkan pada orang-orang yang dianggap berilmu bahwa mereka duduk di majelis orang Nashrani dalam perayaan mereka. Mereka mengatakan bahwa hal ini boleh-boleh saja. Apakah perkataan mereka semacam ini benar? Apakah ada dalil syar’i yang membolehkan hal ini?

Tidak boleh memberi ucapan selamat (tahniah) atau ucapan belangsungkawa (ta’ziyah) kepada mereka, karena hal itu berarti memberikan wala’ (bantuan) dan mahabbah (kecintaan) kepada mereka, dan juga dikarenakan hal tersebut mengandung pengagungan (penghormatan) terhadap mereka. Maka hal itu diharamkan berdasarkan larangan-larangan ini, sebagaimana haramnya mengucapkan salam terlebih dahulu kepada mereka atau membuka jalan bagi mereka. Ibnu Al-Qayyim berkata, “Hendaklah berhati-hati jangan sampai terjerumus -sebagaimana orang-orang bodoh- ke dalam ucapan-ucapan yang menunjukkan ridha terhadap agamanya (orang kafir). Seperti ucapan mereka (sebagian orang bodoh), “Semoga Allah membahagiakan kamu dengan agamamu”, atau “memberkatimu dalam agamamu”, atau berkata, “semoga Allah memuliakannmu”. Kecuali jika dia (muslim) berkata, “Semoga Allah memuliakanmu dengan Islam”, atau yang senada dengan itu. Itu semua tahniah dengan perkara-perkara umum. Tetapi jika tahni’ah itu dengan syi’ar-syi’ar kufur yang khusus milik mereka seperti hari raya dan puasa mereka, dengan mengatakan, “Selamat hari raya natal” umpamanya atau “berbahagialah dengan hari raya ini” atau yang senada dengan itu, maka jika yang mengucapakannya selamat dari kekufuran, maka dia tidak lepas dari maksiat dan keharaman. Sebab itu sama halnya dengan memberikan ucapan selamat terhadap sujud mereka kepada salib, bahkan di sisi Allah hal itu lebih dimurkai daripada memberikan selamat atas perbuatan meminum khamr, membunuh orang atau berzina atau sebangsanya. Banyak sekali orang yang terjerumus dalam hal ini tanpa menyadari keburukannya. Maka barangsiapa memberikan ucapan selamat kepada seseorang melakukan bid’ah, maksiat atau kekufuran maka dia telah menantang murka Allah. Para ulama yang wara’ (menjauhi yang namanya makruh apalagi yang haram), mereka senantiasa menghindari tahni’ah kepada para pemimpin zhalim atau kepada orang-orang dungu yang diangkat sebagai hakim, qadhi, dosen, atau mufti , semuanya demi menghindari murka dan laknat Allah dan laknat-Nya.” (Ahkam Ahli Adz-Dzimmah: 1/205-206)

Karena hal itu adalah bid’ah yang diada adakan. Alasan ini jelas menunjukkan bahwa sangat dibenci hukumnya menyerupai mereka dalam hal itu”.
Bersifat umum, seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa hal tersebut berarti mengikuti ahli Kitab, yang tidak ada dalam ajaran kita dan tidak ada dalam kebiaasaan Salaf. Mengikutinya berarti mengandung kerusakan dan meninggalkannya terdapat maslahat menyelisihi mereka. Bahkan seandainya kesamaan yang kita lakukan merupakan sesuatu ketetapan semata, bukan karena
mengambilnya dari mereka, tentu yang disyari’atkan adalah menyelisihiya karena dengan menyelisihinya terdapat maslahat seperti yang telah diisyaratkan di atas. Maka barangsiapa mengikuti mereka, dia telah kehilangan maslahat ini sekali pun tidak melakukan mafsadah (kerusakan) apapun, terlebih lagi kalau dia melakukannya.

Methode Pembelajaran Bahasa Arab...

Ibnu Khaldun berkata, "Sesungguhnya pengajaran itu merupakan profesi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan kecermatan karena ia sama halnya dengan pelatihan kecakapan yang memerlukan kiat, strategi dan ketelatenan, sehingga menjadi cakap dan professional." Penerapan metode pengajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien sebagai media pengantar materi pengajaran bila penerapannya tanpa didasari dengan pengetahuan yang memadai tentang metode itu. Sehingga metode bisa saja akan menjadi penghambat jalannya proses pengajaran, bukan komponen yang menunjang pencapaian tujuan, jika tidak tepat aplikasinya. Oleh karena itu, penting sekali untuk memahami dengan baik dan benar tentang karakteristik suatu metode.
Secara sederhana, metode pengajaran bahasa Arab dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu: pertama, metode tradisional/klasikal dan kedua, metode modern. Metode pengajaran bahasa Arab tradisional adalah metode pengajaran bahasa Arab yang terfokus pada "bahasa sebagai budaya ilmu" sehingga belajar bahasa Arab berarti belajar secara mendalam tentang seluk-beluk ilmu bahasa Arab, baik aspek gramatika/sintaksis (Qowaid nahwu), morfem/morfologi (Qowaid as-sharf) ataupun sastra (adab).
Metode yang berkembang dan masyhur digunakan untuk tujuan tersebut adalah Metode qowaid dan tarjamah. Metode tersebut mampu bertahan beberapa abad, bahkan sampai sekarang pesantren-pesantren di Indonesia, khususnya pesantren salafiah masih menerapkan metode tersebut. Hal ini didasarkan pada hal-hal sebagai berikut: Pertama, tujuan pengajaran bahasa arab tampaknya pada aspek budaya/ilmu, terutama nahwu dan ilmu sharaf. Kedua kemampuan ilmu nahwu dianggap sebagai syarat mutlak sebagai alat untuk memahami teks/kata bahasa Arab klasik yang tidak memakai harakat, dan tanda baca lainnya. Ketiga, bidang tersebut merupakan tradisi turun temurun, sehingga kemampuan di bidang itu memberikan "rasa percaya diri (gengsi) tersendiri di kalangan mereka".
Metode pengajaran bahasa Arab modern adalah metode pengajaran yang berorientasi pada tujuan bahasa sebagai alat. Artinya, bahasa Arab dipandang sebagai alat komunikasi dalam kehidupan modern, sehingga inti belajar bahasa Arab adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa tersebut secara aktif dan mampu memahami ucapan/ungkapan dalam bahasa Arab. Metode yang lazim digunakan dalam pengajarannya adalah metode langsung (tariiqah al– mubasysyarah). Munculnya metode ini didasari pada asumsi bahwa bahasa adalah sesuatu yang hidup, oleh karena itu harus dikomunikasikan dan dilatih terus sebagaimana anak kecil belajar bahasa.
Metode KlasikYakni biasanya diwakili oleh metode Qowa’id dan tarjamah (Tariiqatul al Qowaid Wa Tarjamah). Penerapan metode ini lebih cocok jika tujuan pengajaran bahasa Arab adalah sebagai kebudayaan, yaitu untuk mengetahui nilai sastra yang tinggi dan untuk memiliki kemampuan kognitif yang terlatih dalam menghafal teks-teks serta memahami apa yang terkandung di dalam tulisan-tulisan atau buku-buku teks, terutama buku Arab klasik. Ciri metode ini adalah:
a. Peserta didik diajarkan membaca secara detail dan mendalam tentang teks-teks atau naskah pemikiran yang ditulis oleh para tokoh dan pakar dalam berbagai bidang ilmu pada masa lalu baik berupa sya’ir, naskah (prosa), kata mutiara (alhikam), maupun kiasan-kiasan (amtsal).
b. Penghayatan yang mendalam dan rinci terhadap bacaan sehingga peserta didik memiliki perasaan koneksitas terhadap nilai sastra yang terkandung di dalam bacaan. (bahasa Arab – bahasa ibu).
c. Menitikberatkan perhatian pada kaidah gramatika (Qowa’id Nahwu/Sharaf) untuk menghafal dan memahami isi bacaan.
d. Memberikan perhatian besar terhadap kata-kata kunci dalam menerjemah, seperti bentuk kata kiasan, sinonim, dan meminta peserta didik menganalisis dengan kaidah gramatikal yang sudah diajarkannya (mampu menerjemah bahasa ibu ke dalam Bahasa Arab)
e. Peserta tidak diajarkan menulis karangan dengan gaya bahasa yang serupa / mirip, dengan gaya bahasa yang dipakai para pakar seperti pada bacaan yang telah dipelajarinya, terutama mengenai penggunaan model gaya bahasa, al – itnab at Tasbi’ al Istiarah yang merupakan trend/gaya bahasa masa klasik.
Aplikasi Metode Qowa’id dan tarjamah dalam proses pembelajaran;
a. Guru mulai mendengarkan sederetan kalimat yang panjang yang telah dibebankan kepada peserta didik untuk menghafalkan pada kesempatan sebelumnya dan telah dijelaskan juga tentang makna dari kalimat-kalimat itu.
b. Guru memberikan kosa kata baru dan menjelaskan maknanya ke dalam bahasa local/bahasa ibu sebagai persiapan materi pengajaran baru.
c. Selanjutnya guru meminta salah satu peserta didik untuk membaca buku bacaan dengan suara yang kuat (Qiroah jahriah) terutama menyangkut hal-hal yang biasanya peserta didik mengalami kesalahan dan kesulitan dan tugas guru kemudian adalah membenarkan.
d. Kegiatan membaca teks ini diteruskan hingga sekuruh peserta didik mendapat giliran. e.Setelah itu siswa yang dianggap paling bisa untuk menterjemahkan, kemudian selanjutnya diarahkan pada pemahaman struktur gramatikanya12.
Metode Langsung (al Thariiqatu al Mubaasyarah)Penekanan pada metode ini adalah pada latihan percakapan terus-menerus antara guru dan peserta didik dengan menggunakan bahasa Arab tanpa sedikitpun menggunakan bahasa ibu, baik dalam menjelaskan makna kosa kata maupun menerjemah, (dalam hal ini dibutuhkan sebuah media). Perlu menjadi bahan revisi disini adalah bahwa dalam metode langsung, bahasa Arab menjadi bahasa pengantar dalam pengajaran dengan menekankan pada aspek penuturan yang benar ( al – Nutqu al – Shahiih), oleh karena itu dalam aplikasinya, metode ini memerlukan hal-hal berikut;
a. Materi pengajaran pada tahap awal berupa latihan oral (syafawiyah)
b. Materi dilanjutkan dengan latihan menuturkan kata-kata sederhana, baik kata benda ( isim) atau kata kerja ( fi’il) yang sering didengar oleh peserta didik.
c. Materi dilanjutkan dengan latihan penuturan kalimat sederhana dengan menggunakan kalimat yang merupakan aktifitas peserta didik sehari-hari.
d. Peserta didik diberikan kesempatan untuk berlatih dengan cara Tanya jawab dengan guru/sesamanya.
e. Materi Qiro’ah harus disertai diskusi dengan bahasa Arab, baik dalam menjelaskan makna yang terkandung di dalam bahan bacaan ataupun jabatan setiap kata dalam kalimat.
f. Materi gramatika diajarkan di sela-sela pengajaran,namun tidak secara mendetail.
g. Materi menulis diajarkan dengan latihan menulis kalimat sederhana yang telah dikenal/diajarkan pada peserta didik.
h. Selama proses pengajaran hendaknya dibantu dengan alat peraga/media yang memadai.
Sebagai penutup, bahwa alur makalah ini lebih menekankan tentang pentingnya: Seorang guru (pendidik) sebaiknya memahami prinsip – prinsip dasar pengajaran bahasa Arab diatas sebagai bahasa asing dengan menggunakan metode yang memudahkan peserta didik dan tidak banyak memaksakan peserta didik ke arah kemandegan berbahasa. Adapun bagi bagi seorang siswa, bahwasanya belajar bahasa apapun, semuanya membutuhkan proses, banyak latihan dan banyak mencoba.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata Pelajaran : Bahasa Arab
Satuan Pendidikan : MTs. YASMU Kelas / Semester
Kelas / Semester : VII / Genap
Hari / Tanggal : Senin, 13 Februari 2012
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
A. STANDAR KOMPETENSI
B. KOMPETENSI DASAR
C. NILAI BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1.1.2. Siswa dapat menggunakan atau mengucapkan mufrodat dengan tepat dalam berbagai kalimat.
E. MATERI PEMBELAJARAN
1.1.3. Teks Percakapan
1.1.4. Isim-isim Dlomir
1.1.5. Nama-nama anggota keluarga
1.1.6. Kata Tanya Madza Ya'malu...?
1.1.7. Isim Isyarah
F. MODEL PEMBELAJARAN DAN METODE
Model Pembelajaran : Thoriqoh Mubasyaroh, Cooperative Learning
Metode Pembelajaran : Drill, Ceramah, Interview, Diskusi, Resitasi.
G. STRATEGI PEMBELAJARAN

Pertemuan ke-
Uraian Kegiatan
Alokasi Waktu
Media
Referensi
1
a. Pendahuluan
Mengucapkan salam pembuka
Hiwar sederhana sebagai salam pembuka
Berdo’a
Mengabsen siswa
Mengulang materi minggu lalu
Mengeksploitasi kemampuan anak tentang materi yang akan dibahas.
10 menit
Whiteboard, spidol, penghapus
buku paket bahasa arab kelas VII,LKS B. arab kelas VII.
 
b. Kegiatan inti
Guru membacakan teks percakapan tentang Usratiy (keluargaku)
Guru menerjemahkan teks percakapan tentang Usratiy (keluargaku)
Guru menyuruh siswa untuk membaca teks percakapan tentang Usratiy (keluargaku).
Guru menjelaskan tentang isim-isim dlomir
Guru menjelaskan tentang nama-nama anggota keluarga
Guru menyuruh siswa untuk menirukan mufrodat tentang nama-nama anggota keluarga yang telah disebutkan sebelumnya
Guru menjelaskan tentang kata tanya madza ya'malu... ?
Guru menjelaskan tentang isim isyarah
Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang Usratiy (keluargaku)
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk membuat kalimat tentang Usratiy (keluargaku)
50 menit
  
 
c. Penutup
Guru menanyakan pada siswa tentang materi yang belum difahami
Guru memberikan penguatan tentang kesimpulan teks Usratiy (keluargaku), isim-isim dlomir, nama-nama anggota keluarga, kata tanya "madza ya'malu...?" dan isim isyarah
Guru mempersilahkan siswa untuk bertanya
Guru memberi tugas resitasi
Guru memberi motivasi & pesan pada siswa
Guru mengucapkan salam penutup.
20 menit
  

PENILAIAN :

Jenis Evaluasi
Tehnik
Bentuk Instrumen
Soal
Aspek
Skor
Tes Lisan
performan
lembar observasi
bercerita tentang usratiy (keluargaku)
Kognitif, psikomotorik, afektif
@ jawab 10.
Tes Lisan
interview
lembar observasi
wawancara tentang usratiy (keluargaku).
Kognitif, psikomotorik, afektif
@ performance 10.

Kunci Jawaban :
Gresik, 12 Februari 2012
Mengetahui,

Kepala Sekolah Calon Guru
Drs. H. Su'udi Wafa, M.Ag Mir'atul Farikhiyah
Performan, Interview
1.1.1.Siswa dapat melafalkan kosa kata dan kalimat dengan pelafalan yang tepat dan benar.
Religius
Jujur
Mandiri
Demokratis
Komunikatif
Tanggung jawab
1.1. Menyampaikan informasi secara lisan dengan lafal yang tepat dalam kalimat sederhana tentang Usratiy (keluargaku) menggunakan kalimat berstruktur meliputi mubtada' dan khobar (berupa kata kerja/ fi'il mudlari' mufrod).
1. Berbicara / Kalam
Mengungkapkan pikiran, gagasan, perasaan, pengalaman, serta informasi melalui kegiatan bercerita dan bertanya jawab tentang Usratiy (keluargaku).

Sabtu, 17 Desember 2011

Tulisan Indah Menggugah

Content atau isi tulisan merupakan inti dari sebuah tulisan.

isi tulisan seperti apa yang akan membuat orang tertarik untuk tetap membacanya? menurut saya sebuah tulisan menarik dibaca oleh orang tertentu belum tentu akan menarik untuk
kalangan yang lain - tepat sasaran alias 'menggugah'.
jadi salah satu jalan untuk membuat tulisan anda menarik untuk dibaca adalah dengan membuat mereka/orang lain berfikir bahwa tulisan kita 'bernilai' bagi mereka. Salah satu cara membuat tulisan 'Bernilai' adalah dengan menulis artikel yang bersifat informatif, topik menarik, memecahkan sebuah masalah(memberi solusi), dan tentu saja ditulis dengan baik.

Dengan anda mampu membuat artikel yang menarik dan menggugah, di sini akan membawa kekuatan perubahan.

Jumat, 16 Desember 2011

Mahligai Socotra


Mahligai Socotra
(Inspirasi Spiritual Kekasih Allah)
By: Micdarul Chair El-Sharafy
Semilir hilir angin laut menambah indah pemandangan pagi pelataran Qalansiyah, sebuah desa antik
artistik. Ia tampak menawan bermandikan selaksa sinar mentari yang menyibak tabir gelap jubah fajar Subuh.
Oh... Serasa segar dan menyejukkan sekali.
Eksotika biru pantai Dihamri Marine itu tampak memikat mata, berhias buih putih gelombang ombak
seputih butir salju. Ia membawa hamburan setiap imaji menuju keajaiban pulau cantik ini. Burung Incana
mendendang kicau beritma musik alam, pelepah kelapa hijau terus menari-nari dan mendayu-dayu,
mengiringi langkah gontai perjalanan seorang nelayan paruh baya, berikat sorban merah di kepalanya dan
berwarna kulit khas Negro. Perlahan… dia mengayuh kemudi kayu di atas air jernih berbayang wajahnya
yang tampak lesu, melaju menerobos tumpukan batu koral merah bersama perahu kayu 473 KHA di tepi
pantai sana.
Socotra, pulau berbentuk seperti hewan bekicot, bulat oval ke atas. Daerah yang hanya berluaskan
3.625 km² dengan dua distrik kecilnya, Abd Al Kuri dan Hadibu. Terletak di Samudra Hindia, 190 mil dari
semanjung Aden, provinsi Hadhramawt, Yaman. Iklim koppen seperti umumnya gurun, curah hujan yang
ringan merupakan karakter tahunan pulau permata ini. Namun, berkat isolasi yang berkepanjangan dari dunia
internasional ditambah kondisi iklim yang kering, menciptakan adikarya spektakuler endemik flora dan fauna
yang tidak ditemukan di kawasan selainnya.
Salah satu flora yang paling menarik minat para pelancong dan turis ialah pohon Darah Naga
(Dracanea Cinnabari). Dia merupakan ikon khas pulau ini, berbentuk menyerupai payung raksasa. Konon
getah pohon ini digunakan penduduknya sebagai obat dari segala penyakit, pewarna ataupun bahan dalam
ritual sihir.
Sungguh menakjubkan, rasanya tak cukup untuk membahasakan fenomenanya. Gurat alamnya akan
membuat siapapun serasa tidak berpijak di bumi lagi. Tak heran pula, jikalau UNESCO menobatkan Socotra
sebagai situs alam dunia pada bulan Juli 2008. Segenap pesona tak lazim dimilikinya, membuat
ketidakpercayaan muncul di banyak benak, apakah pulau ini benar-benar ada??!!
*****
"Mateeeqq,, Mateeeqq!!"
Gendang telingaku menangkap suara keras memanggil-manggilku. Aku berpaling membelakangi
pemandangan hamparan biru pantai Dihamri Marine yang tengah kunikmati. Terlihat bayangan manusia
berlari kencang menuju tempat dimana aku duduk bersila, yaitu ujung bukit Detwah. Bayangan itu kian
mendekat, dekat dan semakin dekat. Ahhgg, ternyata dia adalah……..
"Huufftt, capek aku mencarimu, ya Mateeq! Aku telusuri penjuru sudut pantai ini. Eehhh, kamu malah
duduk santai disini."
Dia tak lain ialah Omar, sahabat karibku. Paras wajahnya terlihat lebih tua dariku, meski usiaku
terpaut jauh di bawahnya. Mungkin saja sebab terik siang matahari yang harus dia terjang kala mencari ikan,
hingga kulitnya gosong dan tampak lebih tua.
Lantas siapakah diriku??
Yah, aku adalah Mateeq Abdullah Saleh. Seorang pemuda berdarah arab, tinggi tegap layaknya
pemuda arab pada umumnya. Hanya saja kulitku nampak agak kekuningan, karena sebenarnya aku blesteran
melayu dari jalur ibu.
Setelah bapakku, Yaseen Fateh, memasuki usia jomponya. Aku menggantikan posisinya sebagai guide
para pelancong yang datang ke pulau Socotra. Yah, seperti inilah garis Tuhan yang harus aku tempuh.
Begitulah…..
"Oh maaf, Omar! Aku hanya ingin menghirup sejuknya udara pagi sembari menikmati terbitnya
matahari dari pantai Dihamri Marine. Emang ada apa, sampai kamu harus mandi keringat seperti ini?"
tanyaku selepas melihat mukanya banjir keringat.
Sambil terus mengipas-ngipaskan baju oblong hijau tuanya, dia menjawab.
"Bagaimana aku tidak kalang kabut kayak gini, sedangkan mereka menantimu lebih dari satu jam
tanpa jawaban kedatanganmu. Aku merasa sungkan sama mereka."
"Mereka? Siapa yang kau kehendaki dengan mereka, Omar?" responku penuh dengan kebingungan
terhadap penjelasannya.
"Heemm, pakai tanya segala. Siapa lagi kalau bukan para pasienmu, para pelancong dari Spanyol.
Sudah, gak perlu bertele-tele, ayo ke rumahku!"
Spontan, dia menggandeng tanganku. Diajaknya aku berlari langkah seribu, menyibak padang
rerumputan kuning savana bukit Detwah, menemui orang yang dikatakan "mereka" oleh Omar.
*****
Wow!!!
Nafasku dibuat ngos-ngosan, jantungku serasa ingin lepas gara-gara marathonnya. Ups, akhirnya
sampai juga. Kulirik jam digital Q&Q Superior perakku. Hanya lima menit, gila!! Perjalanan yang biasa aku
tempuh dengan durasi 13 menit, dapat dia jangka dalam masa sesingkat ini. Benar-benar…….
Rumah Omar sangat sederhana, terbuat dari tanah liat tak bercat sama sekali. Memang, kebanyakan
rumah di Socotra berasal dari tanah liat. Lebih adem ayem, mengingat minimnya curah hujan di pulau mutiara
ini, apalagi jikalau suhu udara di musim panas yang dapat mencapai 40 derajat Celcius, seumpama lidah
neraka yang menjilat-jilat bumi.
Dari kejauhan, aku melihat dua orang asing yang sedang asyik mondar-mandir sekitar halaman rumah.
Mungkin, merekalah yang dimaksudkan oleh Omar. Sepertinya mereka hanya berdua. Satu cewek muda
cantik, berkulit putih tulang khas Eropa, tinggi semampai dengan rambut pirang dikuncir kuda. Sedangkan
yang lainnya, bapak setengah baya, umurnya berkisar antara lima puluhan. Kepalanya botak, berkaca mata
bulat dan mengenakan jas putih ala profesor laboratorium. Dari perawakannya, mereka seperti para analis
biologi.
Setelah kurasa jarakku tak seberapa jauh, kusapa mereka sebagai salam penghormatanku.
"Hola carino!!1" ucapku memakai bahasa Spanyol yang sedikit aku kuasai berkat kursus satu bulan di
Oficina el Castellano Course, terletak di kota Aden, Provinsi Hadhramwt, Yaman.
"Aaahhhh, ¿ Habla usted el castellano ?2" mereka nampak keheranan ketika mendengar aku menyapa
dengan bahasa kebangsaannya.
"Un poco, como esta usted?3" balasku berbalik menanyakan keadaan mereka.
"Oh, muy bien4. Perkenalkan, nama saya Tom Sharman. Salah satu Doktor fakultas Biologi di Hambra
Medical University, California, USA. Dan ini anak perempuanku, Selvia Elizabeth. Dia tengah merintis
magister Fisika di Cambridge University, Britania," paparnya mengenalkan identitas diri beserta anaknya.
1 Hola carino!!: Selamat datang, wahai sahabat!
2 ¿ Habla usted el castellano ?: Anda berbicara bahasa Spanyol?
3 Un poco, como esta usted?: Sedikit, bagaimana kabar kalian?
"Masya Allah! Sungguh kalian orang hebat nan jenius. Saya, Mateeq Abdullah Saleh. Panggil saja
Mateeq. Saya hanya pernah mengenyam bangku pendidikan di Arbitha Ta'lim Islamiyya, Aden. Oh ya, ada
tugas penelitian laborat?" kubuka lembar pertanyaan.
"Tidak juga, kami hanya ingin melepas penat dari pelbagai aktivitas. Empat bulan lalu salah satu
teman kami melakukan risetnya disini. Namanya Peter Franc. Dialah yang mengenalkan kami tentang bumi
Socotra beserta ribuan eksotik fauna maupun floranya," jelasnya.
"Insya Allah, kita mulai petualangnya besok saja. Sekarang kalian istirahat dulu, biar tenaga kalian fit
untuk perjalanan besok, OK!" usulku kepada mereka, sekaligus menunjukkan kamar yang telah kusediakan
untuk mereka.
"Maaf, di pulau ini tidak ada hotel, ataupun villa. Pemerintah Yaman sangat begitu serius dalam
melestarikan keanggunan pulau Socotra, sehingga mereka tidak mengizinkan pembangunan fasilitas yang
nantinya justru akan memunahkan habitat disini.
Jadi, rumah tanah inilah satu-satunya yang dapat kami tawarkan kepada kalian sebagai tempat
persinggahan. Sekali lagi maaf, andai pelayanan kami kurang memuaskan kalian," lanjut penjelasanku.
"Mucho gusto de haberte conocido5, kamu benar-benar rendah hati. Kami telah merasa terhormati
dengan pelayananmu. Memang beginilah adanya. Nanti akan aku bukukan dalam diary hitamku, bahwa
seorang Doktor kebanggaan kota Los Angles pernah menginap di gua tanah, ha ha ha," tawanya lepas, seolah
tak menyiratkan kesombongan jas putih yang dikenakannya.
Alhamdulillah,,,
Bisikku dalam hati mengiringi hembusan lega nafas dan sunggingan senyum tipisku.
*****
"Mateeq, kita jalan ke pantai, yuk! Pasti panorama sunset sangat fantastik. Aku sudah izin papa, kok!"
celetuk Selvia secara tiba-tiba, mengagetkan aku yang tengah membaca Al-Qur'an di ruang tamu.
"Shadaqallahul 'adzim" aku akhiri bacaanku dengan penuh khidmat, menutup kemudian menciumnya
dengan penuh rasa cinta terhadap kitab mulia tersebut.
"Apa kamu gak hemat tenaga untuk perjalanan besok?" saranku kepadanya.
"Cuma sebentar, kok! Lagian aku kan pengen liat panorama sunset di pantai Dihamri Marine yang
selama ini hanya terdengar di daun telingaku saja. Mau yah, please!!" mintanya manja, wajahnya begitu
memelas hingga akhirnya meluluhkan sukmaku.
Jadilah aku berangkat dengannya menuju pantai Dihamri Marine dengan berjalan kaki, jarak pantai
dengan rumah Omar tak seberapa jauh. Selama perjalanan, aku diam seribu kata. Takut salah tingkat. Sampai
saatnya dia angkat bicara…
"Socotra, nama yang aneh tapi menyimpan siratan makna yang indah. Aku baru pertama kali ini
melihat panorama secantik ini," katanya takjub, menengok kanan dan kiri tanpa henti.
"Socotra, bukanlah nama yang aneh. Arti nama pulau ini sendiri begitu agung dan tentu saja sangat
merepresentasikan segala yang ada di sini. Socotra, menurut catatan terjemahan dari Periplus, nama Socotra
tidak berasal dari bahasa Yunani, tetapi berasal dari bahasa Sansekerta, "sukhadhara dvipa" yang berarti
"pulau kebahagiaan". Tak ayal lagi, segala yang dimiliki pulau ini sanggup membuat seluruh segenap insan di
seluruh permukaan bumi ini luruh dalam ketakjuban dan kebahagiaan," jelasku secara tegas.
4 Oh, muy bien: Oh, sangat baik.
5 Mucho gusto de haberte conocido: Aku sangat bahagia dapat berkenalan denganmu.
"Menurut sejarah yang pernah aku baca, penduduk pulau Socotra telah memeluk Kristen sejak tahun
52 setelah masehi. Pada abad 10, seorang ahli geografi Arab bernama Abu Muhammad Al-Hassan Al-
Hamdani menyatakan bahwa pada masanya, penduduk Socotra mayoritas memeluk agama Kristen. Konon
mereka juga telah mempraktekkan ritual sihir kuno.
Pada tahun 1507, armada Portugis mendarat di pulau ini dan menempati ibu kota Suq. Tujuan mereka
adalah untuk menghentikan perdagangan Arab dari Laut Merah ke Samudra Hindia serta untuk menghapuskan
aturan-aturan Islam dalam perdagangan tersebut. Namun, invasi Portugis ini tidak berjalan mulus karena
penduduk setempat menentang mereka. Pada tahun 1511, pulau ini dikuasai oleh Kesultanan Mahra, dan pada
periodenya pula Islam mulai menyebar menjadi agama masyarakat. 456 tahun kemudian, tepatnya pada
tanggal 30 November 1967, pulau Socotra menjadi bagian dari Republik Yaman Selatan, yang pada saat ini
telah berubah menjadi Republik Yaman," lanjutku memperdalam pembahasan.
Siratan mimik muka Selvia mengisyaratkan bahwa dia merasa puas akan keteranganku. Sampaisampai
ujungnya dia berkata…
"Bagaimana kamu mengetahui ini semua, padahal kamu sama sekali tak berpijak dalam jenjang
pendidikan formal?" tanyanya tak habis pikir.
"Selvia cantik!" pujiku akan anugerah kecantikan yang Tuhan lantingkan kepadanya.
"Dunia tak sempit yang kau kira. Tak seharusnya engkau menjadikan strata pendidikan sebagai tolak
ukur daya intelektual ataupun pengetahuan seseorang. Meski aku tidak mempunyai gelar sama sekali, namun
lecutan semangat belajarku tidaklah meredup, justru kian membara," jawabku tanpa sedikitpun keraguan.
Rona pipi puamnya memerah, dia terlihat salah tingkah mendengar pemaparanku. Merah, laksana batu
koral menghiasi tepi pantai Dihamri Marine. Merah, seumpama selendang senja yang menemani redupnya
mercusuar mentari. Dalam benak aku tersenyum takjub memandangi pesonanya. Subhanaallah!!
*****
Pagi yang cerah, seantero Socotra selaksa pesona nirwana. Anggun mendamai, kesan elok epilog
perjalanan perdana mereka. Mobil Land Cruiser Prado GX berwarna silver dengan plat nomor 8304
terpampang jelas di depan daun pintu kayu rumah Omar. Tom Sharman dan Selvia sedang sibuk menyiapkan
aksesoris yang akan dibawa, mulai dari Note Book Sony VAIO hitam hingga beberapa kepingan snack potato.
Aku sendiri hanya cukup mem-bontot secangklot kantong kain goni. Isinya tak banyak, sajadah, air mineral,
dan sebuah botol kecil getah pohon Darah Naga. Antisipasi, siapa tahu ada insiden darurat mendadak,
sehingga aku tidak perlu repot mencari obatnya.
Setengah jam dirasa cukup untuk suatu persiapan. Mereka mulai menaruh barang-barang di bagasi
yang masih kosong. Kemudian menempati kursi di belakang sopir.
"Este usted lista6?" tanyaku dengan nada penuh gelora.
Sontak, Tom Sharman dan Selvia sumriang gembira. Sebentar lagi mereka akan berkelana ke dunia
yang selama ini hanya buaian mimpi.
"Yuuuppppssss, ayo kita jalan!!!" sorak mereka hampir berbarengan.
Bismillah…..
Ucapku pelan, seiring mulai berputarnya roda mobil. Rute pertama ialah menuju Dogub Cave yang
terletak di distrik Hadibu, timur Socotra. Jarak antara Qalansiyah dengan Hadibu sangatlah jauh. Sebab harus
6 Este usted lista: Sudah siap?
melintasi Diksam Plateau, wilayah central Socotra. Lazimnya, perjalanan ditempuh dalam kurun waktu
sembilan jam. Mungkin sore hari baru bisa sampai di Hadibu, pikirku.
Aku melirik dari spion depan, kornea mata mereka tak kunjung berhenti mengagumi hamparan luas
rerumputan kuning savanna yang berada di sekelilingnya. Ekspresi kagum nan takjub. Indah mempesona.
Sungguh, adikarya Tuhan Yang Maha Agung!!!
*****
Tepat pukul empat sore, mereka tiba di bukit Ehwa, lokasi Dogub Cave. Perjalanan panjang
melelahkan. Namun, aku sama sekali tidak melihat aura letih pada wajah Tom dan Selvia. Mereka justru
sangat antusias melanjutkan petualangan ini.
Dogub Cave, sebuah gua yang masyhur akan ornamen serta dekorasinya. Terletak di atas bukit Ehwa,
Hadibu. Jalur menuju ke gua tidak mungkin untuk dilalui oleh mobil. Banyak bebatuan besar dan agak
menanjak. Oleh karenanya, aku putuskan untuk jalan kaki. Mereka setuju saja dengan arahanku, karena
akulah guide mereka.
Tom Sharman dan Selvia sangat berbahagia, mereka bernyanyi riang nan gembira. Sampai akhirnya
Selvia berteriak keras tanpa sebab…..
Aaaaaaahhhhhhhhhhgggggggg………
"Ada apa, Selvia??" tanyaku kaget, begitu pula papanya, Tom Sharman.
Dia tidak lekas menjawab. Duduk sembari memperlihatkan sepatu Nike hitamnya yang ternyata
terkena paku berkarat. Tidak terlalu besar, namun sangat berkarat. Tom Sharman bingung seribu keliling,
setelah sebelumnya dia bisa tertawa bebas tanpa beban.
"Bagaimana ini?? Apalagi pakunya berkarat?? Bisa-bisa kamu terkena tetanus, Selvia??" katanya
dengan nada serba bingung.
Aahhh, aku jadi teringat sesuatu di kantong cangklong goniku. Sebuah botol berisi getah pohon Darah
Naga. Segera aku cari dimana botol itu berada. Yess, ketemu. Aku serahkan botol itu ke Tom Sharman supaya
dia mengoleskan ke kaki Selvia.
Tanpa panjang kata, Tom Sharman mengoleskan getah tersebut ke kaki Selvia. Setelah dirasa agak
reda, Selvia digendong oleh Tom guna melanjutkan perjalanan yang masih panjang. Tom baru ingat, kira-kira
obat apa yang aku berikan kepadanya. Gusar hatinya tak tertahankan, sehingga dia mencoba untuk bertanya
kepadaku…
"Mateeq, obat yang kamu serahkan kepadaku, itu sebetulnya apa?"
"Oh, Bapak tak perlu khawatir. Itu adalah getah pohon Darah Naga. Bapak mungkin lebih mengetahui
apakah penyakit titanus itu. Secara singkat dia merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena
mempengaruhi sistem urat saraf dan otot dimana disebabkan oleh bakteri berspora yang disebut bakteri
Clostridium Tetani. Nah, getah pohon Darah Naga telah teruji mampu membunuh sekaligus memusnahkan
bakteri tersebut," jelasku singkat padat.
Tom Sharman hanya menganguk-angukkan kepalanya pertanda setuju akan pemaparanku. Dia terlihat
memikirkan apa yang barusan aku katakan. Entah apa yang tengah ada di benaknya. Aku membiarkannya
merenung. Aku membisu dan membisu sampai-sampai aku tak terasa bahwa aku telah sampai di depan Dogub
Cave seiring dengan redupnya cahaya sang pelita.
*****
Gua begitu gelap, Tom Sharman nampak bergegas membuka notebook Sony VAIO hitamnya. Secerca
tiga cahaya lampu senter yang menerangi atap-atap gua, menyibak dekorasi gua. Selvia berbaring, bersandar
pada bongkahan batu putih besar di belakangnya. Aku memberikan sedikit pengenalan tentang gua ini kepada
Tom Sharman yang sedari tadi menunggu aku untuk angkat bicara…
"Ornamen gua Dogub Cave ini penuh akan air terjun beku bak kristal yang kemudian dikenal dengan
istilah stalagmit, stalagtit," kataku sebagai kalimat pembuka.
"Jikalau kita menilik sejarah, gua mulai dipelajari serius sejak ditemukannya speleologi oleh Edward
Alferd Martel pada abad ke 19. Sampai kini, ilmu tersebut masih dipakai untuk mempelajari seluk-beluk gua.
Speleolog menyebut dekorasi gua dengan istilah speleothem. Nah, jenis speleothem yang berada di gua Dogub
Cave ini ialah berupa stalagmit dan stalagtit seperti yang aku katakan di awal tadi.
Stalagtit itu tumbuh dari atap sebuah gua menuju ke bawah yang terbentuk karena adanya rekahan
kecil pada tubuh batu gamping yang memungkinkan terjadinya tetesan air yang mengandung larutan kalsium
karbonat. Di saat itu terjadilah presipitasi sehingga terlepaslah karbondioksida dan terbentuk endapan bening
yang disebut mineral kalsit," panduku secara telaten.
Tom Sharman serius mendengarkan presentasiku. Sedangkan Selvia? Aku tidak mengetahui apakah
dia menyimak pembicaraanku ataukah tidak. Karena aku membelakanginya.
"Mineral kalsit tersebut lambat laun akan menetes. Tetesan yang berlebih dalam kurun waktu ribuan
tahun akan terakumulasi ke lantai dan membentuk dekorasi tersendiri. Dekorasi yang terbentuk dari tetesan
stalagtit inilah yang disebut dengan stalagmit, seperti apa yang berada tepat di depan anda," isyaratku untuk
melihat bongkahan bebatuan putih lancip yang berada di depannya.
Tom Sharman hanya mengeleng-gelengkan kepalanya, seakan tak percaya akan apa yang tengah dia
saksikan. Dia merasa heran kepadaku, dari mana aku mendapatkan pengetahuan sedetail itu, padahal aku tak
pernah mengenyam bangku pendidikan formal. Dia melontarkan pertanyaan sama seperti apa yang diutarakan
Selvia ketika menikmati sunset di pantai Dihamri Marine. Dasar orang Barat, mengorientasikan kejeniusan
hanya dengan banyaknya gelar yang disandang. Huufftt, pekikku dalam hati.
"Biar putri cantikmu yang memberikan jawabannya" kualihkan sorotan lampu senter ke wajah Selvia
yang dari tadi duduk di belakangku. Dia nampak malu untuk berkata. Lesung pipinya membiaskan aura merah
yang pernah aku nikmati seiring dengan tenggelamnya mentari di pantai Dihamri Marine. Selvia, pesona
keanggunan bidadari dari ufuk barat.
*****
Malam semakin larut, aku pamit keluar untuk menunaikan shalat Maghrib dan Isya' secara jama'. Aku
membentangkan sajadah yang telah aku persiapkan.
"Allahu Akbar"
Konsentrasi khusyu' menghadap sang Khaliq, Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dzat yang telah
menganugrahiku Islam, yang mengkasihiku dimanapun aku berpijak, dan yang mengenalkan aku dengan
Socotra. Ya Allah, dalam keagungan Arsy-Mu, aku bersujud……..
*****
Selepas shalat aku tak langsung masuk ke gua. Aku memilih untuk menikmati keindahan bukit Ehwa
disaat malam hari. Kemerlip bintang mengubah cemerlang selendang hitam cakrawala. Burung Sparrow
Passer masih bebas menari berputar dalam irama simfoni malam. Krik krik jankrik bukit Ehwa
menghembuskan kesejukan di sukma. Socotra yang penuh ketentraman nan keharmonisan….
"Ehhhmmm, Mateeq! Aku boleh duduk di sebelahmu? Aku suntuk di dalam gua melulu," terdengar
suara lembut berada di dekatku.
SELVIA??!!! Aku kaget bukan kepalang! Bukankah kakinya masih sakit??!! Kenapa dia tiba-tiba ada
disini??!! Entahlah!! Akhirnya, ku persilahkan dia untuk duduk di sampingku.
"Kamu orang Islam yang taat pada aturan agama, yah?" Selvia mulai mengajakku ngobrol.
"Alhamdulillah, saya berusaha menjadi hamba Tuhan yang taat pada aturan-Nya. Kamu sendiri
beragama apa?" aku balik bertanya.
"Kristen Katolik. Kalo dalam agamamu namanya Nasrani. Sebenarnya, aku menaruh simpatik pada
Islam. Di Granada, tempat aku tinggal juga banyak muslim yang hidup harmonis dengan kami. Orangnya
sopan santun, penuh toleransi sesama, serta ramah. Tapi,,,,,," Selvia tak melanjutkan ucapannya, sehingga
membuatku agak sedikit kecewa. Akupun lantas bertanya.
"Tapi kenapa, Selvia? Kebanyakan dari mereka bersikap arogan?" tebakku guna memancing agar dia
kembali melanjutkan persepsinya tentang Islam.
"Aku harap engkau tak tersinggung, yah!" pintanya. Aku hanya mengangukkan kepala tanda setuju.
"Setelah aku menilik kandungan ajarannya, ternyata banyak yang mendiskriminasi kaum gender.
Semisal kecurangan dalam hak warisan, serta mengizinkan berpoligami dengan seenaknya. Islam sungguh
kejam. Tidak menjaga perasaan!!"
Dia agak naik pitam, nada bicaranya sangat tinggi. Aku sebagai muslim tidak terima agamaku dituduh
menodai kehormatan wanita. Kutenangkan jiwa, sebelum akhirnya aku berkata.
"Selvia, perkenankan aku memberi pengertian tentang itu semua kepadamu?" kataku dengan lembut.
Dia mempersilahkanku tapi membelakangiku, tanpa menoleh sama sekali kepadaku. Nampaknya dia agak
sedikit kesal.
"Dulu aku menyangka bahwa orang bergelar magister telah dapat membedakan mana air jernih dan air
seni. Ternyata dugaanku salah, mereka tak jauh seperti anak kecil yang gampang tertipu!" mendengar
ucapanku yang pedas, dia menatapku tajam. Bagai seekor singa yang hendak memakan mangsanya.
"Kalau kamu ingin membeli emas, janganlah tanya pada tukang barang rongsokan. Tapi, tanyalah pada
penjaga toko perhiasan. Akan aku buktikan padamu, bahwa pemahamanmu salah!!" kataku dengan penuh
keyakinan.
"Bermula dari tudungan dikriminasi hak warisan. Tendensi hukum warisan dalam Islam bukan
berdasarkan jenis kelamin, melainkan derajat seberapa dekatnya hubungan ahli waris ke mayit. Oleh
karenanya, putri mayit mendapat setengah harta warisan dibanding suami mayit yang cuma memperoleh
seperempat disaat berkumpul dengannya. Bukankah putri si mayit juga wanita?" tanyaku melihat rautan
amarahnya mulai surut. Dia hanya diam tanpa menjawab.
"Salah satu faktor mengapa di suatu masalah laki-laki mendapat lebih banyak, semisal bagian putra
mayit dua kali lipat dari putri mayit, ialah beban komersil yang harus di tanggung pihak lelaki, dia wajib
memberi nafkah kepada istrinya setiap hari. Itu dalam agama kami. Dan perlu saya tegaskan kepadamu,
bahwa hanya ada 4 masalah dimana bagian perempuan lebih sedikit dari bagian laki-laki. Aku tidak akan
memperpanjang pembahasan," aku mengakhiri poin pertama. Selvia mulai terlihat salah tingkah.
"Menuju tuduhan kedua, bahwa Islam tidak menghargai eksistensi perempuan dengan dihalalkannya
poligami. Mungkin, inilah letak perbedaan antaraku denganmu. Islam mengajukan sebuah asumsi cemerlang
dengan disyareatkannya poligami. Lelaki dapat menambah istri secara halal, tidak melalui zina yang berakibat
fatal. Lihatlah data statistik gender Amerika Serikat, yang pada tahun 1980, angka aborsi 1.553.000, 30 %
pemudi berumur 20 tahun, kemudian tahun 1982, 80 % pasangan pasutri yang telah mengarungi rumah tangga
selama 15 tahun mengalami perceraian, dilanjutkan pada tahun 1997, berdasarkan informasi lembaga
perlindungan wanita bahwa setiap 6 detik terjadi pemerkosaan. Sebab itulah 73 % fakir miskin berupa
perempuan, 85 % dari mereka hidup sebatang kara.
"Salah satu solusi menurut Gustav Lebonn, dan Annie Besant ialah dengan poligami, sesuai dengan
apa yang telah dianjurkan oleh Islam. Meski adil secara hakiki itu sulit, namun Allah Maha Pengampun.
Masih ingin dalil lagi untuk menyakinkanmu, Selvia?"
Dia tidak menjawab. Sayup-sayup aku mendengar isak tangis yang tertahan.
"Selvia, kamu menangis? Maaf andai perkataanku menyayat hatimu," jujur, aku tidak tega melihatnya
menangis. Tapi, benarkah ucapanku terlalu kasar, sehingga membuatnya sakit hati? Adakah aku menghina
umat Kristiani? Sungguh, aku tak bermaksud menyembilu hatimu dengan pisau lisanku, Selvia….
*****
Aku masih tak paham mengapa dia menangis. Aku merasa tidak enak kepadanya. Tiba-tiba, Selvia
tersenyum sembari matanya yang mengkilat bak kilauan kaca.
"Terima kasih, Mateeq. Engkau telah membangunkanku dari tidur panjangku," katanya serak.
Aaahhggg,,,
Aku merasakan benda halus nan lembut menyentuh kulit tanganku. Astaga!! Tanganku dipegang
olehnya.
"Mateeq, kamu sudah mempunyai seorang pacar??"
Bulu kudukku serasa merinding. Badanku panas dingin. Tanganku gemetar. Hatiku bergejolak
mendengar pertanyaannya. Aku seperti bukan aku yang biasanya. Perasaan aneh menyelimuti diriku. Apakah
ini yang dimaksud dengan jatuh cinta?? Benarkah aku telah menaruh hati padanya??
"Mateeq, kok malah diam?! Jawablah!!" tegurnya melihat aku tak kunjung memberinya jawaban.
"Pengen tau saja, memang kalau aku belum punya pacar, kamu mau jadi pacarku??" jawabku
sekenanya, mencoba menghilangkan rasa grogi. Perlahan, kulepas pegangan tangannya.
"Bener nih, entar malah aku ditolak mentah-mentah," candanya, biasan wajahnya nampak teduh.
"Hanya orang buta yang menolak tawaran wanita secantikmu, Selvia. Dan sesungguhnya orang buta
itu adalah aku, sebab aku hanya akan menaruh cinta tulusku dengan seorang kekasih yang telah terikat dalam
bingkai suci pernikahan"
Pandangan matanya menatapku syahdu. Senyuman manisnya menyeka bibir merah jambunya. Untuk
kesekian kali, lesung pipinya memerah. Rambut pirangnya terurai, meliuk-liku, mengikuti hilir angin malam
bukit Ehwa. Selvia, mutiara selaksa pesona….
*****
Esok harinya, kami melanjutkan perjalanan menuju pegunungan Skund. Lokasi pohon Darah Naga
atau Dracaena Cinnabari tumbuh subur. Jarak dari bukit Ehwa berkisar sekitar 40 kilo. Dengan kecepatan
180 perjam, tibalah mobil Land Cruiser Prado GX kami di pegunungan Skund setelah satu setengah jam
perjalanan. Lagi-lagi, Tom Sharman dan Selvia Elizabeth terkagum-kagum menyaksikan eksotik pegunungan
Skund yang penuh dengan payung atau jamur hijau raksasa.
"Inikah pohon Dracaena Cinnabari yang dikatakan oleh Peter Franc itu? Pohon yang hanya hidup di
pulau Socotra ini? Very beautiful!!" kata Tom Sharman ketika membongkar tumpukan batang pohon Darah
Naga. Selvia tak banyak bicara, dia sekedar berkeliling mengitari pohon tersebut.
"Tanaman ini merupakan ikon kebanggaan penduduk Socotra, bahkan seluruh Yaman. Uang logam 20
Reyal Yaman juga bergambar pohon Dracaena Cinnabari. Pada bulan Juli 2008 lalu, UNESCO resmi
menobatkan Socotra sebagai salah satu situs warisan alam dunia," sambutku mengawali tugasku sebagai guide
mereka.
"Lantas kenapa pohon ini dijuluki Darah Naga?" sambung Selvia.
"Sebetulnya julukan Darah Naga diambil dari getah pohon ini yang berwarna merah darah, persis
seperti pohon Dracaena Draco dari kepulauan Canary, Spanyol.
Ada versi lain yang mengatakan bahwa dahulu kala ada seekor ular balistik yang besar sehingga
dianggap naga. Suatu hari naga itu berkelahi dengan seekor gajah dan keduanya mati. Kedua binatang itu
mengeluarkan darah. Nah, darah inilah yang kemudian dipercaya memiliki kekuatan mistik. Ketika darah
kedua binatang ini bercampur, tumbuhlah sebuah pohon yang kelak disebut dengan Dracaena Cinnabari."
Selepas mendengar ceritaku, Selvia pamit untuk menyajikan sarapan pagi. Tom Sharman melanjutkan
perbincangan mengenai Dracaena Cinnabari. Berkaitan dengan faedah dan fungsinya, penemu pertama
kalinya, dan… dan… dan… Sampai akhirnya Selvia mempersilahkan hidangan yang telah siap saji. Kami
beralih ke tikar bambu kuning, tempat Selvia menghidangkan sarapan.
Waahh!!!
Biskuit caramel dan teh hijaunya membuat aku menelan ludah berkali-kali. Jujur saja, perutku
keroncongan sejak tadi pagi. Mungkin gara-gara aku begadang suntuk tadi malam bersama Selvia. Kuhirup
dalam-dalam aroma teh hijau. Aahhh, rongga pernafasanku terasa segar.
Ditengah aku menikmati menu sarapan, Tom Sharman berbisik ke daun telinga Selvia. Nampaknya
sangat privasi. Akupun tak mau mengusik ketenangan mereka. Berkali-kali Selvia menggeleng-gelengkan
kepalanya, dia seperti orang kebingungan, takut, dan malu. Sebelum akhirnya Tom Sharman menepuk pundak
putri tersayang, Selvia Elizabeth, tanda percakapan privasi mereka telah usai.
Selvia merunduk malu ketika melintas di depanku, tidak biasanya dia seperti itu. Seakan ada sesuatu
ganjil terjadi. Tapi apa?? Gusarku dalam hati. Aahhgg, biarlah! Mungkin dia habis kena marah papanya.
*****
"Mateeq, bisa kamu kesini sebentar?" panggil Tom Sharman yang letaknya memang agak berjauhan
selepas dia berbicara privasi kepada Selvia. Aku segera memenuhi panggilannya.
"Aku ingin bertanya kepadamu, Mateeq. Sebagai orang dewasa, apakah kamu tidak terbesit di
pikiranmu untuk menikah?" tanya Tom memulai obrolan.
"Sebetulnya aku ingin sekali menikah, mengingat umurku yang telah mencapai 25 tahun. Namun, aku
rasa masih belum waktunya. Hanya aku satu-satunya harapan abah yang telah jompo. Yah, tidak ada lagi
selain aku. Makanya, aku tak berani nikah sebelum pekerjaanku mapan. Lagian siapa juga yang mau sama
orang bodoh, tak berpendidikan seperti aku, Tom," desahku dengan nafas panjang.
"Andaikata ada wanita cantik yang jatuh hati kepadamu, lantas meminta agar kau meminangnya. Apa
kamu mau, Mateeq?" lanjut Tom dengan pertanyaan berikutnya.
"Tergantung. Kalau benar cintanya tulus dari lubuk hati yang paling dalam, serta mampu menerima
keadaanku apa adanya, apa salahnya tidak diterima," jawabku santai.
"Dan jikalau wanita cantik itu adalah Selvia Elizabeth, putri tersayangku. Apakah engkau akan
menerimanya?"
Haaahhh!!!!
Selvia menaruh cinta padaku??!! Mustahil. Bukankah kita baru bertemu??!! Aku rasa ini hanyalah
mimpi. Hatiku serasa belum siap mendengar pernyataan Tom Sharman, bapak kandung Selvia Elizabeth.
"Mateeq, saudaraku! Selvia telah banyak bercerita tentangmu. Mulai dari dia pertama kali bertemu
denganmu, di pantai Dihamri Marine, hingga perdebatan tadi malam di Dogub Cave. Awal mulanya, aku
menganggap dia bercanda. Namun, lama kelamaan aku menyadari bahwa putriku memang benar-benar telah
jatuh hati kepadamu, Mateeq.
Kesederhanaan, kelembutan hati dan pengetahuanmu membuatnya hatinya luluh, setelah sekian lama
dia tidak menggubris apa yang dinamakan cinta. Orientasinya hanyalah skripsi, predikat cumlaude, dan
sukses. Namun, setelah dia mengenalmu semuanya menjadi berubah 180 derajat.Aku turut berbahagia melihat
dia jatuh cinta. Aku jadi ingat kenanganku bersama ibundanya yang telah wafat setahun yang lalu."
Kini, kelopak mata Tom meneteskan air mata. Aku terharu mendengarkan kisahnya, tapi aku masih
ragu untuk menerima Selvia sebagai calon istriku.
"Jadi, bagaimana? Akankah engkau bersedia menerimanya sebagai calon pendamping hidupmu?"
untuk yang kedua kalinya dia bertanya dengan soal yang sama.
Bismillah, semoga pilihanku sejalan dengan agamamu, Ya Rabb! bisikku dalam benak.
"Aku bersedia menerimanya dengan dua syarat. Pertama, tanyalah Selvia, apakah dia siap memiliki
seorang suami seperti aku? Kau tentu sudah tahu siapa aku. Aku ini orang miskin. Anak seorang tua jompo
miskin di daerah pelosok Socotra," jawabku terbata-bata sambil terisak. "Apakah aku kufu dengannya? Aku
merasa tidak pantas bersanding dengan putri cantikmu itu. Aku tidak ingin dia kecewa di belakang hari,"
lanjutku.
Belum sempat aku melanjutkan syarat yang kedua, Tom Sharman memanggil Selvia yang sedari tadi
bersembunyi dibalik pohon Dracaena Cinnabari. Tom menjelaskan syaratku yang pertama. Selvia menghela
nafasnya, kemudian berkata.
"Mateeq, memang belum lama aku mengenalmu. Namun, entah mengapa engkau mampu memberi
warna lain dalam relung hidupku. Hidup dalam karat gempita dunia, engkau tegar tak bergeming, sederhana
dan rendah diri. Terkadang aku iri padamu, gelar yang telah aku perjuangkan mati-matian selama bertahuntahun
tak kunjung mendewasakanku akan makna hidup ini. Pengetahuanmu juga luas, bahkan aku sampai
malu ketika kau menyindirku tadi malam dengan sebutan anak kecil yang gampang tertipu. Aku mulai
menyadari bahwa engkau adalah mutiara yang terpendam di dasar laut. Dan aku berharap dapat memperoleh
mutiara itu, meskipun aku harus tenggelam dan mati."
Aku memandang ke arah Selvia, pada saat yang sama dua matanya yang bening juga sedang
memandang ke arahku. Pandangan kami bertemu. Dan ces!! Ada setetes embun dingin menetes di hatiku.
"Lantas syarat keduamu apa, Mateeq?" perkataan Tom menyadarkanku. Sungguh, sukmaku begitu
terpaut akan aura fenomenalnya.
"Dalam syareat Islam, tidak diperkenankan seorang muslim menikah beda agama, kecuali dengan ahli
kitab. Sekarang, akankah engkau bersedia memeluk agama Islam demi perjuangan cintamu?"
Kali ini, Selvia nampak bingung. Keningnya mengerut, memikirkan sesuatu. Mungkin, syarat kedua
terlalu berat baginya. Suasana hening menyelimuti. Tak hentinya dia menatap Tom Sharman, papanya.
Berharap semoga bapaknya memberi solusi terbaik. Tom mengangkat wajahnya setelah sekian lama
menunduk merenung. Raut wajahnya tampak damai nan sejuk, seraya berkata.
"Selvia, kamu berhak menentukan jalan hidupmu. Apapun agamamu, kamu tetap anakku, Tom
Sharman," Selvia seakan tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar, matanya kian berkaca.
Dia lantas menatapku dengan sorot mata bercahaya. Bibirnya tersenyum lebih indah dari biasanya.
Lalu dengan suara lirih yang keluar dari relung jiwa dia mengatakan…
"Bagaimanakah aku menjadi seorang muslim?"
Kubimbing dia untuk melafadzkan….
Asyhadu an laa ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluh!
"Aku bersaksi bahwa Allah adalah Tuhanku, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya"
Atas saran Tom Sharman serta bantuan saksi dua petani di sekitar lokasi, kami langsung menggelar
akad nikah di bawah naungan pohon Dracaena Cinnabari dengan mengikuti madzhab Hanafi yang tidak
mensyaratkan adanya wali nikah. Tom Sharman tidak berhak menjadi wali sebab dia beragama Kristen.
Ada hawa sejuk mengalir dari atas. Masuk ke ubun-ubun kepalaku dan menyebar ke seluruh syaraf
tubuhku. Wajah Selvia putih bersih menunduk tepat di depanku. Subhanallah! Aku cium keningnya, seraya
berbisik lirih di daun telinganya…
"Tak kusangka aku mempunyai seorang bidadari secantik dirimu, Selvia. Sekarang aku halal bagimu,
sebagaimana kamu halal untukku."
Langit Socotra membiru laksana hamparan biru pantai Dihamri Marine. Burung Incana berkicau
mentasbih Tuhannya. Dalam naungan pohon Dracaena Cinnabari, aku bercinta penuh syahdu, maha suci
Engkau wahai sang pemilik cinta!
TAMAT